Rabu, 22 Juni 2016

Papa, Ayah, Abi, Bapak, dan sebagainya. Tetap kau terhebat!

Hati Seorang Ayah


Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk- bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?” Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : “Sebab aku Laki-laki.” Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu berguman : ” Aku tidak mengerti.”

Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : “Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki.” Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :”Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?”

Ibunya menjawab: “Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar – benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.” Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini. 

“Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. ”

“Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. ”

“Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. ”

“Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”

“Ku berikan kesabaran, ketekpunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. ”

“Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara.”

“Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani. & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi.”

“Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki- laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia & BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. ”

“Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia & Akhirat.”

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayahnya. ” AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH.”

 “Berbahagialah yang masih memiliki Ayah. Dan lakukanlah yang terbaik untuknya"

Aku?
Papaku di syurga :)

Selasa, 21 Juni 2016

Papa, aku ingin dipukul !

Selasa, 21 Juni 2016.
Bertepatan dengan tanggal ke 14 dibulan Ramadhan. Pagi ini, setelah shalat subuh tak biasanya aku keluar rumah. Namun kali ini kurasa ada yang berbeda, kulihat bulan nampak bulat sempurna, cahayanya membias menyinari seluruh insan dibumi, seluruh hamparan yang terbentang tak luput dari cahayanya. Walau mungkin ada sebagian belahan bumi lain yang iri, tak kebagian cahaya yang di percikan. 

Lagi lagi, aku ingat seseorang terhebat yang selalu membuat aku tak kuasa menahan gejolak rindu. Seseorang terhebat yang selalu dengan peluk hangatnya bisa membuatku betah lama-lama berada dipeluknya. Bagaimana tidak, dia papaku.

Aku ingat beberapa tahun lalu, saat aku masih kecil. Kala itu aku masih berusia 4tahun. Namun ketahuilah, meski aku pelupa yang ulung, namun tentang papa aku adalah pengingat yang hebat. Pagi ini aku terbawa bayangan 16tahun lalu.

*
Indah kecil, seperti biasa tidak bisa selalu berlama-lama bersama dengan papa. Papa kerja diluar kota, hanya tiap 4bulan sekali ia pulang, dan berada dirumah paling lama tigahari. Maka dari itu, tak heran jika mama mengalihkan panggilan 'papa-bapak' untukku kepada paman, ua, atau tetangga yang sekirnya dekat dan sayang padaku.

Hari itu, seperti biasa aku main bersama teman teman sebayaku, dan satu anak kecil yang tidak lain adalah sodaraku. Kita hanya selisih duatahun saja, ketika itu dia sudah masuk sekolah kelas 1 SD, pada semester satu awalnya dia mendapat peringat satu, namun semester terakhir dia tergeser, hingga mendapat peringkat ke-3. Mungkin untukku itu tak jadi soal, karena menurutku masuk peringkat tiga besar saja sudah sangat kuar biasa. Mungkin, tidak tinggal kelaspun itu sudah alhamdulilah. Aku yang kala itu tidak begitu mengerti akan apa yang sedang terjadi, tetiba melihat dia dipukul sama papanya, dicubit, dan dibentak. Sama sekali aku tidak takut sama bapak (paman) karena kepadaku dia selalu bersikap ramah, dan sepertinya sangat sayang sekali sama aku. 

*
Setiap menjelang ramadhan, papa selalu pulang, dengan seperti biasa ia tak lupa membawa sekantung permen, coklat, dan makanan kecil untukku sebagai oleh-oleh. Aku dirangkul, diciumnya, dipeluk, di gendong dimanja-manja, bahkan ketika aku berontak ia tetap melakukannya. Dia sangat menyayangi aku lebih dari sayangnya seorang ayah kepada anaknya, bagaimana tidak. Akulah anak perempuan satu satunya yang ia dambakan sejak 10tahun berlalu pernikahannya dengan mama. Jadi wajar saja, apapun pasti ia lakukan dan berikan untukku. Papa selalu bilang "Papa sayang sama Usu (bungsu) , papa cinta sama usu"
Cinta? Apa itu, asing rasanya di telingaku. Aku yang kala itu masih kecil dan tak pernah tau menau dengan apa yang selalu ia wejangkan kepadaku. Mungkin karena aku masih kecil.

Keesokan harinya, aku dan papa berangkat menuju usat perbelanjaan terdekat di daerahku. Papa menjanjikan baju baru untuk dipakai lebaran nanti. Kita hanya jalan berdua, sedang mama dirumah saja memasak mempersiapkan untuk buka puasa. 
Sesampai ditoko, aku membeli semua apa yang aku mau, mulai dari baju baru, mukena, dan lain sebagainnya. Sampai pada ikatrrambutpun tak luput dari daftar belanjaanku kala itu. Namun satu lagi, mataku tertuju pada sepatu yang kurasa itu pas sekali bila ku kenakan, warnanya putih gradasi ungu. Aku bilang sama papa kalo aku ingin sekali sepatu itu, papa selalu tersenyum dan langsung menuntunku untuk melihat sepatu itu dan menanyakan berapa harganya.
"Punten mang, ini berapa? (Sambil memegang sepatu)"
"Oh itu, bagus pak memang lagi trend, harganya murah kok, hanya 170rb saja"
"Ah, mahal. 130 ya?" (Papa ku menawar).
Aku sudah berdebar, kalau-kalau papa tak berhasil menawar nanti sepatunya akan keburu pindah tangan dibeli sama orang lain. Waktu itu aku sudah cemberut dan mengunyeng-ngunyeng tangan papaengisyaratkan "sudahlah tak usah ditawar lagi, setuju saja!"
"Wah belum nisa pak, itu sudah harga pas. Tapi untuk langganan 150rb boleh pak" 
"Ah, tapi .."
Belum selesai papa menawar, sepatunya sudah aku rebut. Dan benar saja, sepatunya pas, cantik sekali aku kenakan. Tak perlau waktu lama aku segera berlari keluar toko yang kala itu sedang gerimis, aku loncat-loncat di genangan air dengan wepatu itu. Aku ingin tau, akan bagaimana papa kepadaku. Mungkin lebih tepatnya aku 'ngetest'.
Papa dan empunya toko itu saling pandang dab heran dan langsung mengejarku, semua orangpun melihat kami sedang hujan-hujanan walau kala itu hujan kecil.
Papa bertanya "Usu kenapa hujan-hujanan? Nanti sakit nak"
Sepertinya papa begitu khawatir, meski saat itu diapun najunya sudah mulai basah.
"Aku takut pa, kalo lama-lama papa nawar sepatu ini , nanti sepatunya tak jadi dibeli karena papa rasa kemahalan. Ementara si amangnya berai kukuh dengan harga yang menurut papa mahal itu. Jadi yasudah, aku kotori saja dulu, kalau sudah begini kan nanti mau tidak mau papa pasti jadi beli kan?"
Aku menjelaskan namun tetap sedikit takut dan malu dilihat banyak orang. Namun, papaku luar biasa. Senyumnya mengembang, tangannya ia alungkan ditubuhku, dan seraya ia berkata "Anak papa pintar" semua orang disana serentak tepuk tangan dan tertawa menyaksikan kami berpelukan, dan si amang pun mengangguk. Tapi, aku menolak dan merasa ada yang aneh, aku bilang "Papa, aku mau dipukul!"
"Kenapa nak? Kenapa usu mau dipukul?"
"Aku kan bersalah pak, anaknya bapak(paman) saja, dia tidak juara satu dia dipukul, dicubit, tapi kenapa papa selalu tersenyum setiap kali melakukan kesalahan? Bahkan, papa melototpun kepadaku tidak pernah?"
"Mana mungkin papa tega melakukan itu sayang, papa sangat sayang sama kamu, papa cinta sama kamu. Papa bukan terus memanjamu nak, namun seiring berjalannya waktu, usu pasti menerti dengan apa yang papa lakukan sama kamu nak. Cina ini begitu besar untukkmu. Dan jika kelak ada yang bilang cinta namun tidak dengan kapasitas merawat, menjaga, dan menumbuhkanmu ke arah yang lebih baik, iti tidak lain dia dari seorang pembual, atau pembohong"
Jidatku berkerut, dan menoleh sama si amang yang punya toko  "Boleh pak, 130rb saja, saya setuju"
Entah apa yang menjadikan lidahnya terpeleset, jadilah sepatu itu aku pakai sampai pulang meski keadaan basah.
Haha

Aku tersentak dengan bayangan itu dan dengan pipiku yang mulai becek. Aku tersadar, kalau aku tidak akan mengalami hal yang serupa. Aku ingat akan sebuah arti dalam al-Qur'an " Tiada suatu bencana apapun yang menimpa dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu mudah nagi Alloh,. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput darimu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan, Alloh tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri" (Qs-Al-Haddid [57] : 22-23.
Demikian sang penggenggam nyawa berfirman. Tidak ada pengecualian untuk semua hamba-Nya. Tidak pula ada penguluran waktu, walau sekejap saja, jika ajal sudah ditentukan.

Selalu aku berontak dalam hati, dan menjadi egois dengan "keakuanku" , seolah didunia ini hanya kisahkulah yang tersedih ditinggal papa. Selalu berandai-andai seandainya waktu papa kembali pada-Mu bisa ditanggalkan sejenak, agar supaya waktuku bersamanya bisa lebih lama.

Aku menangis teriangat pesan pesanmu yang kau sampaikan waktu itu kepadaku. Tentang nasihat-nasihat yang selalu kau ucapkan padaku. Tentang masa kecul ku yang tak bisa kita habiskan bersama. Masihkah papa mengingatnya?
Barangkali aku so' tau pa, tapi tentang masa depan akhiratmu. Aku yakin kau masuk syurga. Karena mengingatmu mengingtkanku pada Alloh. Hingga aku jadi takut neraka. Takut tak bisa lagi berjumpa denganmu.
Demi ruang dan waktu yang olehnya raga ini dipisahkan, kini ku rindu. Rindu semua pelukan dan kecupanmu. Rindu bercerita sampai larut malam tentang  hari-hariku selama ditinggal olehmu, dan atu mendengarkan cerita perjuanganmu saat bersekolah dan mulai mengenal mama, dulu.
Aku rindu, berbuka puasa bersama, aku rindu shalat tarawih bersama, yang sampai sekarang aku ingat ingatpun ternyata aku lupa terakhir kita melakukannya kapan, aku rindu makan sahur bersama dan diselingi obrolan-obrolan kecil denganmu.
Aku rindu pa.

*
Cinta kasihku, sayang, dan rinduku padamu tak akan pernah habis, akan selalu mengalir deras dalam setiap doaku. 


Rabu, 15 Juni 2016

Maha Karya Lukisan Tuhan di daerahku ^^

Kampung Cigaru, Tipar 01.
Kampung itu tampak indah ketika buminya tersiram cahaya rembulan. Dedaunan yamg tumbuh tampak keperakan, disapa cahaya lembutnya. Menjelang maghrib, keramaian mulai ditunjukan sering pekik nyaring anak anak yang berlomba hendak ke masjid untuk mengaji. Begitu selesai adzan, suasanapun senyap. Beberapa menit kemudian, suara anak anak mengaji mulai membahana di telinga.

Malam melenggang, sang fajar mulai menampakan diri.
Pagi tu, langit sangat cerah. Tak ada awan sedikitpun. Dengan lincah, motor merah meluncur manis dari arah bawah menuju perkebuanan teh Bojong Asih. Suasana semakin nyaman ketika melewati hamparan perkebunan teh disepanjang jalan.

Matahari mulai menerikan sinarnya, walau baru setinggi dada. Tapi. Para pengais rezeki, pemetik teh sudah biasa. Tanan-tangan lincah mereka terus memetik daun teh. Setelah sejumput, dilemparkan seenaknya saja kedalam keranjang besar yang digendong dipunggungnya. Jalan berliku yang diapit pematag kebun teh tampak berbukit-bukit, tak henti dilalui motor merah itu.

Sesekali,  motor merah itu menyalip kendaraan yang ada didepannya, yang lambat berjalan. Atau mengekor di belakang truk besar pengangkut teh hasil dipetik tadi. Hanya dalam waktu 45menit saja, sampailah motor itu disebuah danau diperkebunan Bojong Asih.

Keindahan danau itu tidak diragukan lagi oleh mereka yang berkesempatan mengunjunginya.
Pun demikian olehku, yang sedari kecil sudah berada di disini. Tempat wisata alami itu memberikan kesejukan untuk seluruh pasang mata yang melihatnya. Ditambah lagi dengan suhu udara pegunungan yang membuat betah berlama-lama berada disini.

Lindungan pohon pinus yang tumbuh disekitar danau itu menjadi tempat para pengunjung bersanati. Menggelar tikar sambil menikmati makanan yang dibekal dari rumah. Atau hanya sekedar bermain gitar dan bernyanyi bersama teman-teman.
Bagi yang tidak takut kedalaman, pasti akan nyebur dengan peralatan pelampung dari ban bekas seadanya.

Dri jauh, air danau berwarna biru langit yah jernih, tapi dari dekat, ternyata hijau lumut. Dimusim hujan, air danau bisa meluap hingga kedalaman 15m, karena tak jarang pemukiman sekitar selalu erkena banjir. Tetapi kalau dimusim kemarau, air danau hanya sekitar 5m saja.

Jika diperhatikan dengan seksama, pemandangan danau yag terbagi menjadi dua menyerupai letter U ini sungguh menyeramkan. Karena konon katanya memang termasuk danau purba di dasarmya yng berlumpur serap. Ada reruntuhan sebuah kerajaan, diyakini kerajaan kecil bawahan Pajajaran terletak di lambung danau.

Sayang, sampai detik ini sama sekali tidak ada kelanjutan dari berita janggal tersebut. Mungkin, cerita mistis itu hanya sebagai sensasi saja sebagai magnet dan untuk memuluskan cerita dan daya tarik pengunjug saja. Memang, adanya hal dan cerita mistis seperti itu, sempat menjadi kontroversi sunyi, tapi semua itu hanya isapan jempol semata.

Namun inilah daerahku, aku bangga bisa menyaksikan lukisan Tuhan yang begitu menakjubkan.
Terimakasih Tuhan , Engkau izinkan aku menikmati, menapaki indahnya ciptaan-Mu yang sungguh luar biasa.

Jumat, 20 Mei 2016

LONG DISTANCE, tapi enggak RELATIONSHIP -_-

"Kita menyapa tanpa rencana, namun sepertinya perkenalan kita diamani semesta. Berawal dari ketidaksengajaan, bagiku mengenalmu adalah sebuah keberuntungan. Sosok yang bisa membuat aku menjadi diriku sendiri. Dan selalu membuat aku merasa cukup dan tak ingin yang selainnya lagi"

"Terimakasih untukmu yang telah hadir dan menggoreskan kuas kaya warna di kehidupanku yang serupa kanvas. Banyak guratan baru yang ku tekuni. Aku belajar membawa diri serta menahan emosi. Aku bahkan tau dimana kelemahan serta kelebihanku setelah bercermin dari hubungan kita yang masih baru. Aku merasa menjadi diriku setelah mengenalmu"

" .."
" .."

Namaku Eisanamuri-Mimi.
Aku anak perempuan satu-satunya. Papa mama sangat sayang sekali sama aku. Sampai sampai apapun yang aku lakukan, mereka selalu memantau perkembanganku. Bahkan, saking sayangnya, tak jarang teman-teman malah memanggilku 'anak mami' karena mereka berpikir aku anak manja, yang tidak bisa melakukan apapun sendirian. Hanya sekedar menentukan pilihanpun, aku selalu bertanya kepada mama dan papa. Tapi semua itu tak lantas membuat aku keberatan, aku sangat bersyukur memiliki mereka.
Sampai pada suatu hari, tiba masanya usiaku beranjak remaja. Aku sekolah, les, dan bergaul sebagaimana anak remaja pada umumnya. Hanya saja, di lingkungan teman-teman mereka sudah pada tau kalo sifatku dingin kepada lawan jenis. Tak jarang mereka mengejek kalo aku gasuka sama laki-laki. Haha
Bukan aku tidak suka, hanya saja rasa malu yang lebih bisa menguasai rasaku. Pernah memang aku suka sama teman sekelas, tapi seiring bergulirnya waktu, rasa itu hilang melenggang.
Aku punya banyak teman, di sekolah kalau aku tidak ada kata teman-teman rasanya sepi. Aku paling rame soalnya, apapun bisa aku buat bahan tertawa mereka. Semua tingkah laku yang aku lakukan selalu mengundang gelak tawa, sampai-sampai salah satu guru sempat ada yang bilang "Essa, kalo saja ibu punya murid 10 yang seperti kamu, ibu bisa mati berdiri" haha
Aku dekat dengan semua kalangan, dari yang paling IN di sekolah sampai pada si paling 'cupu', mereka pun tak pernah nyinyir jika aku ikut gabung bergosip dengan mereka. Wkwkwk

Tapi, duniaku hanya sebatas itu. Mama papa, belum membolehkanku untuk 'pacaran' dulu kalo masih sekolah. Percaya gak percaya, sampai lulus SMA sampai belum pernah ada yang main kerumah sebagai pacar. Eiiitttss tapi sebagai remaja yang katanya 'kekinian' akupun pernah punya pacar dengan menjalin hubungan 'backstreet' haha.. Konyol rasanya.

Aku punya lima orang sahabat, salah satu diantaranya dia ngakunya cowok tulen padahal 'agak ngondek' haha , namanya Joshua, aku panggilnya Jojo, diantara banyak temen cowok dan cewek, hanya Jojo yang bisa ngajak aku maen, hanya dia yang mama dan papa percaya untuk menitiokan putrinya haha, hebat kan dia, bisa bikin mama papaku percaya. Satulagi teman cowok ku yang memang cowok asli,  namanya Yanuari, karena memang dia lahir nya bulan Januari, jadi kita bisa panggil dia Janu. Tiga temenku cewek, namanya Lenatan, Anissa, sama Amalia. Rasanya konyol kalo saudah kumpul lengkap mereka, rasanya menggila, tak terhingga. 
Tapi,
Sampai pada fase dimana Icha pernah bilang ke aku kalo Janu diem-diem suka sama aku. Rasa sayang nya ada lebih ke aku, perhatiannya lebih, tapi memang katanya aku saja yang tidak peka. Karena memang aku terlalu dingin, atau memang kode-kodenya tak terbaca olehku? Hmm.. Entahlah.

Tetiba..
"Essa, kog kamu senyum senyum sendiri?, gila lu yak?" Lena bertanya demikian ke aku.
"Ya itu ngomong seenaknya aja yak, aku sumpel nih pake tahu bulat, hahaha"
"Ihhh memang gak tau yak? Essa kan sekarang udah punya pacar? Tapi, pacar khayalan. Hahaha" Amal menimpal dengan so' taunya dia.
"Ah apaan si, ngomongin pacar pacar mulu. Sekolah dulu yang bener!"
"Sa, memang bener kamu udah punya cowok? Siapa dia? Kog aku gak tau?" di bombardir pertanyaan seperti itu oleh Janu, rasanya mukaku semakin memerah.
"Cieeee Janu cemburuuu, sini akika peluk!" gubrak suasana pecah ketika Jojo nyeletuk"
.





Sabtu, 07 Mei 2016

Nikmati Saja Prosesnya ^^

"Mengapa membaca novelnya di loncat dek, itu baru halaman 135, taunya loncat ke 222 saja, hem?" 
"Aku kesal, yasudah daripada baper mending aku loncati saja halamannya"
"Tapi kan kamu tidak tau cerita seutuhnya?"
"Ah biar saja, lagian aku gak suka pas Keenan malah punya cewek di Bali ka"
"De, kalo kamu mau protes, protes saja sama Dee Lestari, bukankah di yang pegang alurnya? Bukannya dia yang pegang kuasa atas semua tokoh di dalam novelnya? Bilang saja, kalau saja Keenan bisa tegas sedari dulu, mungkin Kugy gak akan pacaran sama yang lain terlebih dahulu, gitu aja susah"
"Hmmm .. Kog, jadi kakak yang kesel? "
"Yaiyalah, kamu tuh apapun itu harus dinikmati prosesnya, jangan asal mau tinggal enaknya saja. Kamu mungkin sudah sangat khatam kan dengan kalimat 'proses tidak akan mengkhianati hasil?' Nah, begitupun dengan prosesmu membaca novel Perahu Kertas ini, jika kau membacanya main loncat saja, mana mungkin kamu bisa menangkap pesan yang ada didalamnya"
"Mmm, lho kakak kog jadi so' bijak gitu? Belajar darimana?" (aku bertanya nyinyir)
"Dari sakit hati!" (kesal).
"Hahhaa.. Oohhhh, okay"

Itu sebagian percakapanku dengan kakak kelasku dulu. Haha lucu memang, tapi apa yang dia katakan itu benar.
Jika dalam hidup ini kita hanya mau tinggal enaknya saja, maka sebenarnya tidak pernah ada kepuasan yang kita dapatkan dalam hidup. Bukankah hasil dari sebuah perjuangan itu lebih nikmat dirasakan?

Kadang aku berfikir, mengapa do'a-do'aku tidak dikabulkan Tuhan, tetapi akupun mengerti dengan sebuah proses. Apakah selama ini sudah aku maksimalkan prosesnya untuk meminta apa yang aku ingini? Atau, kalopun prosesnya sudah aku all out-kan bisa jadi Tuhan menundanya? Bukankah ada tiga alasan mengapa doa kita belum/tidak dikabulkan-Nya? 1). Ya, ku beri sekarang. 2). Nanti, aku ingin melihat lagi usahamu. 3). Tidak, akan ku ganti yang lebih baik.

Kadang, akupun berfikir, mengapa skenario Tuhan begitu pelik untukku? Aku banyak membaca novel, artikel, kisah-kisah teladan, kisah-kisah inspiratif yang mengharukan. Hingga aku lenyap terbawa kisahnya. Aku banyak menonton film, film drama Korea, film-film perjuangan, film Komedi, film tragedikomedi, film romantis, hingga aku larut dibuatnya, terbawa suasana sampai kadang merasa bahwa akulah yang sedang melakoni perannya. Dimana sebagai peran yang baik selalu mendapati kebahagiaan di akhir cerita. Tapi, lagi-lagi kenyataan berbeda dari apa yang selama ini aku tonton dan baca, nyatanya kehidupanku tidaklah seperti itu, apa yang aku ingin, banyak yang tak bisa ku dapatkan, apa yang aku cita-citakan, ada saja yang tidak kesampaian. Namun begitu, lagi-lagi aku harus menikamti prosesnya..

Aku harus bersyukur dengan apa yang sudah ku dapatkan, aku harus bersyukur dengan apa yang sudah ku alami selama ini. Bukankah, sutradaraku adalah sutradara yang sesungguhnya? Penulis skenario kehidupanku adalah penulis yang sesungguhnya? Bukankah, pemegang alur hidupku adalah pemegang alur yang sebenarnya? Bukan seperti yang dikisahkan dalam novel Perahu Kertas yang Dee Lestari pegang kendalinya, kemanapun ceritanya sebebas dia berimajinasi saja? Bukan sutradara yang mengharuskan aktor dan aktrisnya memerankan peran sesuai keinginannya?
Ya, Sutradaraku adalah ia Empu-Nya dunia. Lalu, apalagi yang perlu aku risaukan? Bukankah kisahnya ini nyata? Bukannya kisahnya sudah sangat indah? Bukannya ceritanya lebih drama, lebih komedi, dan lebih romantik daripada yang sekadar telah aku baca dan tonton.
Lalu, apalagi yang harus aku keluhkan dalam hidup? Apalagi yang harus aku khawatirkan ketika doa-doaku belum Dia kabulkan? 

Apakah kalian juga pernah merasa dengan apa yang pernah aku rasakan juga?


Jika tidak, bersyukurlah kalian. Setidaknya tidak pernah ada yang kalian ragukan dalam hidup.
Jika iya jawabannya, ayolah! Janganlah lagi kita mengeluhkan semuanya, bukankah akan lebih berkah jika waktu yang kita gunakan untuk mengeluh tersebut digantikan dengan waktu untuk kita bersyukur?
Sekali lagi, jangan pernah mengeluh, jangan pernah bertanya mengapa, tentang kehidupan orang -orang di sekitar kita yang kita rasa lebih bahagia, bisajadi mereka sedang menderita,, siapa yang tau? Marilah kita nikmati prosesnya, jangan pernah ingin meloncat dari satu kisah ke kisah berikutnya. Nikmati saja dengan yang semestinya. 

Jangan mengeluh! Dan jangan lupa bersyukur!

*~~Beo Keller.

Kamis, 05 Mei 2016

Mama, Maaf ku buat kau menangis ~~

"Anakku, adalah takdir yang menentukan jika suatu hari nanti kita harus berpisah. Mungkin, ketika semua itu terjadi maka ikhlas dan bersabarlah!
Tri Indah Itcun putriku tersayang, dalam jiwamu membayang jiwa ibumu. Dalam indahnya sorot matamu, membayang kasih sayang yang tulus, kepada sesamamu. Bahagialah aku memiliki anak sepertimu. Jadilah kau hamba yang taqarrub kepada Alloh SWT. Janganlah berduka karena persoalan dunia. Karena hanya akan kian menjauh dari Alloh, kian nestapa di dunia dan semakin menderita di akhirat.

Anakku, jadilah kau hamba yang 'ihsan' , hingga selama nafasmu berhembus dimanapun kau berada, kau akan merasa takut kepada Alloh SWT.
Apa yang aku lihat darimu cukup membuatku bangga berkat bimbingan ibumu. Tapi tetap harus kau tambahkan lagi keimanan mu, agar dialam langgeng nanti aku bisa menjemputmu dengan senyuman. Seimbangkanlah urusan dunia dan akhiratmu!

Untukmu mutiaraku, Tri Indah Itcun tersayang...
Kau masih labil. Tapi, aku senang sekali setiap mendengar celotehmu. Embun ada diwajahmu, Jika aku sudah tidak bisa mendampingimu lagi, dengarlah semua pepatah kakakmu, karena dia adalah penggantiku. Janganlah kau buat dia kecewa, dangan buat dia cemas memikirkan kesehatanmu. Buatlah dia tersenyum, agar berkah kau dapati darinya. Tanyakanlah kepadanya apa yang ingin kau tanyakan, dan dampingilah dia disetiap kesusahannya karena dalam kesenangannya kau tak akan dilupakannya. Janganlah kau banyak mendebatnya, karena dalam perdebatan itu sesungguhnya banyak mudharatnya. Dan yang paling utama janganlah sesekali kau memusuhinya, sekeras apapun dia menasehatimu, lakukanlah tugasmu sebagai adik yang berbakti kepada kakaknya. 


Hanya jika kau menemukan laki-laki yang mencintaimu bukan karena akhlakmu, jauhi dia!
Tetapi sebaliknya, jika menemukan laki-laki yang mencintai akhlakmu, mintalah bantuan kakakmu, agar lelaki itu segera mengkhitbahmu.

Anakku, seperti dingin mencintai salju, seperti pantai mencintai lautnya, seperti panas mencintai apinya, dan seperti kekasih mencintai kekasihnya, atas nama Alloh azza wa jalla, jaga dirimu baik-baik. 
Di kehidupan kedua aku menunggumu berbalut cahaya rahmat-Nya. Aku yang siap meletakkan nyawaku untukmu.
Tertanda..
Papa"

Mama, maaf aku lancang telah membaca surat terakhir papa untukku yang telah lama kau sembunyikan.
Mama, maaf telah banyak ku buat kau menangis karena ulahku sewaktu kecil dulu yang selalu menanyakan papa dimana.
Tiga tahun telah berlalu, aku sudah lulus dibangku sekolah menengah atas. 

Namun kali ini akan ku paparkan semuanya. Waktu kelas sebelas itu, engkau datang ke sekolah untuk mengambil hasil laporan belajarku, namun setelah kau terima kau terkaget ada ketidakhadiranku yang teryanda "Alfa" selama 3hari. Padahala kaupun tau dan ingat bahwa aku tidak pernah tidak masuk sekolah kecuali sakit.

Kau tak menanyaiku ketika masih di sekolah, namun kulihat nampak wajahmu kesal kepadaku. Setelah dirumah, selesai akuganti baju dan makan, lalu kau tanyakan semua itu kepadaku.

"Nak, kemana saja kau tiga hari ada alfa? Padahal mamah tau kau tidak pernah bolos begitu saja. Mengapa kau tidak bilang?"
Namun aku tak menjawab, karena aku takut, aku tau mama marah sekali.
"Kenapa tidak menjawab? Kamu kemana? Kamu tau, mama sangat khawatir? Kamu tau, kamu adalah harapan mama satu satunya setelah kakakmu? Mama tidak mau mempunyai anak yang nakal, apalagi kau perempuan. Jangan kau ikuti semua pergaulan anak zaman sekarang! Mama kecewa sama kamu"
Mendengar kalimat-kalimat yang mama ucapkan kepadaku, hatiku terasa nyeri, andai mama tau aku kemana waktu itu , mungkin dia akan lebih kecewa lagi, apalagi kulihat matanya berurai airmata.
Aku tak kuasa menahan tangis, sambil memeluk, ku jabat tangannya, aku segera meminta maaf dan menjelaskan semuanya "Mama, maafin aku.. Aku tau aku salah, selama tigahari itu aku memang bolos sekolah. Aku ikut lomba festival band sama teman-teman dan kakak kelas ku, dan aku lanjutkan menonton konser band lain"

Mama geram mendengar semua apa yang telah aku jelaskan , dan langsung tak mau bersentuhan denganku.

"Hah? Kamu tidak masuk sekolah hanya karena alasan itu? Betapa merugi kakakmu menanggung semua beban sekolahmu, 
awalnya mama bangga sama kamu, tapi kini tidak lagi, mama kecewa karena kau telah berani berbohong. Apalagi jika kakakmu tau soal ini, betapa hatinya terluka kau khianati kepercayaannya. Sudah mama tak menyangka, putri kecil yang mama sayangi ini ternyata sudah berani berbohong. Betapa hati mama terluka nak, kamu mengabaikan sekolahmu hanya karena bermain, hanya karena kau asyik menonton konser musik indolamu. Nak, papamu sudah tidak ada, jangan kamu nakal, jangan kamu membangkang, apa kau tidak sayang sama mama dan aa? Sekali lagi kau mengulangi kesalahan itu, mama tidak segan memukulmu, sudahlah sana mama ingin sendiri!"

"Tapi mah, mama harus dengar dulu alasanku berani berbuat seperti itu ..'
"Tidak, sdahlah sana.. Nanti kalau mamah sudah tak marah lagi, baru kau boleh berbicara!"
Tanpa mau mendengar alasanku, mama memungkas percakapan itu.


Duaminggu kemudian, di sekolah diadakan acara kenaikan kelas dan perpisahan seperti biasanya pesta tiap tahun anak-anak sekolah.
Aku dan mama sudah baik-baik saja. Semua orangtua wali murid datang untuk menghadiri putra-putrinya. Acara demi acara tersuguh dengan rapi, karya karya terbaik di suguhkan untuk menghibur semua hadirin yang datang. Akan tetapi, degan keadaan mama yang sudah tidak muda lagi, mama pulang sebelum acara selesai. Tapi bagiku itu tidak mengapa, aku rasa semua baik-baik saja. Namun tibalah saatnya pembagian hadiah untuk siswa-siswi berprestasi.

Dari mulai kelas sepuluh, sebelas, duabelas, semuanya dipanggil. Setiap semua siswa-siswi yang berprestasi itu, dipanggil satu persatu dan dengan didampingi papanya atau walinya masing masing. Tiba saatnya siswa-siswi di kelasku yang diumukan, pertama dipanggil dia yang peringkat ke riga, yang kedua, dan tak disangka aku mendapati juara pertama. Aku girang bukan main, banyaknya tepukan tangan mengelu-elukan namaku membuat hatiku melayang terbang, aku segera bergegas naik keatas pentas untuk mengambil theropy juara pertamanya. Namun sekejap hatiku lemas, ketika tak kudapati orang dibelakang yang mendampingiku, padahal temanku yang kedua dan ketiga mereka semua dipeluk papanya. Seketika airmataku berurai, tak henti aku menyalahkan keadaan, menyesali semuanya, sambil tertinduk dalam hati aku berkata "Mengapa harus aku yang mendapat juara? Sedang tak ada satupun yang mendampingiku disini, lebih baik aku tak usah mendapati piala ini, apalah arti semua ini, hatiku sakit Tuhan :'("
Semua mata tertuju padaku, semua memandang, tak sedikit yang bertanya "Mana itu papanya? Mana itu walinya?"
Arrghhh hatiku kesal, marah, sedih dan campur aduk. Aku bergegas pergi dari pentas, tak ku hiraukan semuanya. Walaupun mereka beryanya-tanya apa yang terjadi gerangan.

Aku pulang, aku ceritakan semua kejadian tadi sama mama, mama kembali menangis dan memeluk, tak lupa ia mengucap maaf kepadaku, karena merasa bersalah tak bisa mendampingiku. Namun, hatiku tak tega melihat ia menangis, ku usap airmatanya, ku peluk dia erat-erat dan aku bilang "Tidak apa-apa ma, aku mengerti. I love you ma" 

Ketika sedang berpelukan, tiba-tiba salah satu temanku ada yanh datang kerumah, membawa piala yang tadi sempat aku lupa membawanya pulang. Tetapi mama heran, melihatnya membawa dua piala.
"Ndu, kok kamu bawa dua piala? Juara apa saja?"
"Oh ini mah satu piala, aku dapat peringkat kelas ke dua, yang satu lagi juara pentas seni sewaktu classmeeting duaminggu yang lalu"
"Ooh begitu, memangnya Tri nggak dapet juara ya pas classmeeting itu ndu? (Mama seolah penasaran).
"Mmm Tri bukannya tidak juara mah, tapi Tri gak ikutan. Soalnya pentas seni waktu itu pesertanya harus anak dan ayahnya. Jadi Tri gak ikut, malah dia gak sekolah dan ka dia bilang ke aku, dia ikut festival band waktu itu, dia menang lho mah, dapet kaos cinderamata katanya".

Setelah temanku berlalu pergi, mungkin mama mengerti dengan semua kejadian tempo lalu. Mama tak kuasa menahan air mata, mama datang ke kamarku dan menangis sejadi-jadinya.
Aku heran, kenapa mama tiba-tiba seperti itu.

"Mah, mama kenapa? Mama sakit? Apa yang sakit mah? Aku. Panik dan akupun ikut menangis. Mama memeluk erat tubuhku.
"Nak, mama tidak sakit, mama tidak kenapa-kenapa, sesungguhnya hatimu yang baru mama ketahui menahan sakit yang luar biasa, menahan perih yang teramat dalam, menahan rindu yang sangat menebal. Maafkan mama tempo lalu yang telah habis memarahimu, mama tak sedikitpun benar-benar marah kepadamu waktu itu, mama sekarang mengerti, mengapa kau membolos, tetapi mengapa tak kau ceritakan semuanya pada mama? Kau menahanya sendiri.. "
Ohh berarti mama sudah tau semuanya.

"Hmm .. Iya ma, itulah alasanku mengapa dulu sempat aku tidak masuk sekolah. Sejujurnya aku sangat ingin mengikuti pentas seni itu, tetapi aku mencari kebahagiaanku sendiri, aku mengalihkan kesedihanku waktu itu, aku tau aku salah mah, aku tidak bilang dulu sama mama. Tapi aku takut mama marah.  Aku tak sekuat orang lihat ma, aku rapuh. Tangisku selalu pecah, setiap kali aku mengingat papa. Dadaku selalu berdesir, bergejolak, setiap kali melihat gadis lain sedang bercengkrama dengan papanya, hatiku terasa nyeri setiap kali membayangkan papaemgusap rambutku. Ingin aku menyumbat telingaku, karena iri, setiap banyak teman-teman sedang menceritakan papanya, tetapi aku bersyukur aku punya mama dan aa"

Mendengar aku berkata demikian, sepertinya hati mama lebih sakit dari apa yang sekadar aku rasakan. Hmm namun aku tidak bermaksud membuat mama sakit hati.. Tapi itulah yang sebenarnya aku rasakan.
.
Aa says "Jangan pernah tanyakan mengapa semuanya terjadi, karena tugas kita hanya menjadi anak yang soleh dan soleha, yakin saja kalau kita bisa berkumpul lagi di Jannah-Nya"

Selasa, 06 Agustus 2013


SOSOK DI BUS MALAM

Libur sekolah telah tiba, waktunya untuk pulang ke kampung halaman hanya sekedar untuk melepas lelah dan me-refresh otak sebentar, selagi ada kesempatan mengapa tidak? Itu fikirku.
Hmmm, jarak dari tempat perantauan menuju desa kelahiran ku itu memang sedikit jauh, yaaa kurang lebih memakan waktu sampai dua hari satu malam untuk sampai di tempat tujuan, hingga persiapan segala sesuatu untuk di perjalanan yang tentuya pasti akan sangat melelahkan.
Brmmmm” suara bus di terminal berselimpangan terdengar di telinga, udara yang masih pagi menjadikan Jakarta masih tampak terasa sunyi. Para penumpang di segerakan untuk menempati tempat duduk yang telah tersedia di sebuah bus besar pariwisata jurusan Medan- Sumatera Utara.  Dan AKU? Menempati tempat duduk tepat di kiri belakang tempat pak sopir mengemudi, lebih tepatnya lagi aku duduk di kursi sebelah kiri dekat jendela, sengaja saja aku pilih kursi itu , selain nyaman juga jendelanyapun bisa aku gunakan sebagai teropong untuk melihat keindahan jalan selama aku menyusuri perjalanan nanti.
Disini, di kursi ini aku duduk hanya sendiri, kendati ‘katanya’  kata kondektur nya sih orang yang asalnya akan menempati kursi di sebelahku tidak jadi berangkat, ia pun tak memberi  tau alasan nya mengapa, hmm ya sudahlah , tak ku hiraukan semua itu , justru hatiku senang , karena dengan kosongnya kursi ini , jika lelah nanti aku bisa bersandar dan tertidur leluasa dengan badan telentang atau berbaring seperti di kasur saja.
Setengah perjalanan telah aku lewati , dan kini tiba saat nya kami semua penumpang bis ini sedikit beristirahat, hanya sekedar memberi waktu untuk makan, istirahat , mengisi bensin dan yang ingin ‘pups’ upsss. Hehehe. Ketika sebuah bunyi sebagai tanda bahwa waktu istirahat telah selesai , semua penghuni bis tadi segera berjejer dan memasuki bis dengan duduk di tempat duduk yang semula mereka duduki , dan ketika aku hendak menduduki kursi yang ku anggap ‘sofa’ di rumahku, ternyata oh ternyata telah duduk seorang gadis cantik nan ayu menduduki kursi tepat di sebelah aku duduk tadi, ”hmmm siapa gerangan gadis cantik ini?” celotehku dalam hati. Tapi, tidak ku pasang muka keheranan, berpura pura ‘cool’ dan tampak biasa saja, dan tidak lama berdiri tertegun aku pun langsung duduk di sebelahnya, menoleh perlahan ke arah kanan, dan senyum manis perdana terlempar darinya untuk ku “argggg”  hatiku mulai berasa tak karuan, memberanikan diri untuk sekedar berjabat tangan dan memberitahukan namaku pun harus dengan keringat dingin yang entah mengapa tiba tiba basah mengguyur jidatku, “mmm, namaku MUHAMMAD GUMILAR, panggil saja Gumgil atau Gugum, namamu?” mungkin itu kalimat pertama untuk mengawali pembicaraan kita di bis ini , dengan tersipu malu iya berkata “aku engga nanya tuh, hehe aku becanda. Gumgil? Panggilan yang unik, namaku MAYANG WARNA , panggil saja aku Mawar” . Oh nama yang indah dan berkesan, suaranya ‘ituloh’ bisa bikin aku tertegun ingin selalu mendengar iya berkata, dan tangan halus seperti selalu luluran tiap hari membuat aku enggan melepas tangan dan jemari mungilnya.
Percakapan kita berduapun berlanjut , dengan memperkenalkan diri masing masing , kesukaan masing masing , dan kebiasaan masing masing mengantarkan kita menjadi tak sadar dengan waktu dan perjalanan jauh yang telah kita lewati selama bercengkrama , dan saking asyiknya dengan topik yang sedang kami bicarakan , hingga aku tak sadar melepas tawa yang membuat gaduh seisi bis ini , dan ‘uppss’ mereka sontak menoleh kearahku yang tak kuasa menahan tawa kegirangan karena geli mendengar celetukan dari seseorang di sebelahku , tapi ahhh apa yang ku hiraukan dengan mereka? Aku senang saja menikmati perjalanan dan dialog yang tak jua usai. Keasyikan ngobrol , akhirnya lelah itu datang untukku ,aku tertidur pulas dengan kepala spontan bersandar di pundaknya. StzzzZZzzttZZtzz . . .
Ini hari masih sangat pagi , sang fajar pun masih malu malu untuk menampakan diri, seisi bis mulai segera berhamburan keluar , karena ini persinggahan terakhir tempat yang kami tuju dua hari yang lalu, aku? Keheranan melihat kursi disebelahku yang sudah tampak kosong tak berpenghuni seperti malam tadi, tengok kekanan kiri, depan belakang memang sudah tak ku lihat batang idungnya lagi, hmmm mungkin ia sudah turun duluan dari tadi. Tapi tetap saja wajah bingung dan menyesal tampak dirupaku , andai saja tadi aku bisa menanyakan alamat rumahnya, mungkin kapan kapan bisa aku berjumpa lagi dengan gadis cantik yang mengusik hati di bus waktu malam tadi, atau hanya sekedar berpamitan saja dan memberi senyum terakhir untukku , hmmm , dengan langkah kontai aku mulai turun dari bis , dan alangkah ‘gila’  pagi ini , seisi penumpang bis tadi menoleh semua karahku dan kulihat seorang diantara mereka mengangkat tangan dan memiringkan jari telunjuknya tepat di jidat ia sendiri , dan semua tingkah polah ‘gak jelas’ itu ia tujukan ke arah ku , apa maksud dari semua ini ? benakku berkata seperti itu. Ketika ku hampiri seorang kondektur yang sempat ngobrol denganku sewaktu aku naik bis ini kemarin, dan bertanya “pak , apakah anda melihat gadis cantik yang semalam duduk disebelahku? Apakah dia turun sebelum bis ini berhenti?” , dengan geleng geleng kepala ia pun menjawab tanyaku “gadis cantik kepalamu? Semaleman kami heran melihatmu yang bicara sendiri dan tertawa sendiri , kami fikir kamu sudah gila nak”
 . . .
O’owwwww , ketika sampai di kampung halaman, nampaknya seisi rumah sedang tidak ada di tempat , menurut tetangga yang masih terjaga, keluargaku sedang ‘melayat’ di desa sebrang , “katanya ada seorang gadis seusiaku yang meninggal pas hendak pulang kekampungnya , iya meninggal tepat ketika ia akan menaiki mobil bis yang akan melaju menuju Medan, iya meninggal karena terserempet oleh bis lain di terminal, disini ia lebih dikenal dengan sebutan MAWAR” kasihan sekali tuturnya menambahkan , “ belum sampai tujuan sudah meninggal duluan” , tanyaku, “maksudmu iya meninggal ketika iya masih di Jakarta? Menuju pulang kesini , gitu?” ia menjawab “oalaaaahhhhh, ya iya lah, masih belum ngerti juga penjelasan ku tadi” , “emm, emm , makasiihhh” L

LALU? Yang semalam duduk denganku siapa ? Apa dia MAWAR yang sama?
huzzzzZZsssZZzsss . . .
keringat dingin lagi deh L