Jumat, 20 Mei 2016

LONG DISTANCE, tapi enggak RELATIONSHIP -_-

"Kita menyapa tanpa rencana, namun sepertinya perkenalan kita diamani semesta. Berawal dari ketidaksengajaan, bagiku mengenalmu adalah sebuah keberuntungan. Sosok yang bisa membuat aku menjadi diriku sendiri. Dan selalu membuat aku merasa cukup dan tak ingin yang selainnya lagi"

"Terimakasih untukmu yang telah hadir dan menggoreskan kuas kaya warna di kehidupanku yang serupa kanvas. Banyak guratan baru yang ku tekuni. Aku belajar membawa diri serta menahan emosi. Aku bahkan tau dimana kelemahan serta kelebihanku setelah bercermin dari hubungan kita yang masih baru. Aku merasa menjadi diriku setelah mengenalmu"

" .."
" .."

Namaku Eisanamuri-Mimi.
Aku anak perempuan satu-satunya. Papa mama sangat sayang sekali sama aku. Sampai sampai apapun yang aku lakukan, mereka selalu memantau perkembanganku. Bahkan, saking sayangnya, tak jarang teman-teman malah memanggilku 'anak mami' karena mereka berpikir aku anak manja, yang tidak bisa melakukan apapun sendirian. Hanya sekedar menentukan pilihanpun, aku selalu bertanya kepada mama dan papa. Tapi semua itu tak lantas membuat aku keberatan, aku sangat bersyukur memiliki mereka.
Sampai pada suatu hari, tiba masanya usiaku beranjak remaja. Aku sekolah, les, dan bergaul sebagaimana anak remaja pada umumnya. Hanya saja, di lingkungan teman-teman mereka sudah pada tau kalo sifatku dingin kepada lawan jenis. Tak jarang mereka mengejek kalo aku gasuka sama laki-laki. Haha
Bukan aku tidak suka, hanya saja rasa malu yang lebih bisa menguasai rasaku. Pernah memang aku suka sama teman sekelas, tapi seiring bergulirnya waktu, rasa itu hilang melenggang.
Aku punya banyak teman, di sekolah kalau aku tidak ada kata teman-teman rasanya sepi. Aku paling rame soalnya, apapun bisa aku buat bahan tertawa mereka. Semua tingkah laku yang aku lakukan selalu mengundang gelak tawa, sampai-sampai salah satu guru sempat ada yang bilang "Essa, kalo saja ibu punya murid 10 yang seperti kamu, ibu bisa mati berdiri" haha
Aku dekat dengan semua kalangan, dari yang paling IN di sekolah sampai pada si paling 'cupu', mereka pun tak pernah nyinyir jika aku ikut gabung bergosip dengan mereka. Wkwkwk

Tapi, duniaku hanya sebatas itu. Mama papa, belum membolehkanku untuk 'pacaran' dulu kalo masih sekolah. Percaya gak percaya, sampai lulus SMA sampai belum pernah ada yang main kerumah sebagai pacar. Eiiitttss tapi sebagai remaja yang katanya 'kekinian' akupun pernah punya pacar dengan menjalin hubungan 'backstreet' haha.. Konyol rasanya.

Aku punya lima orang sahabat, salah satu diantaranya dia ngakunya cowok tulen padahal 'agak ngondek' haha , namanya Joshua, aku panggilnya Jojo, diantara banyak temen cowok dan cewek, hanya Jojo yang bisa ngajak aku maen, hanya dia yang mama dan papa percaya untuk menitiokan putrinya haha, hebat kan dia, bisa bikin mama papaku percaya. Satulagi teman cowok ku yang memang cowok asli,  namanya Yanuari, karena memang dia lahir nya bulan Januari, jadi kita bisa panggil dia Janu. Tiga temenku cewek, namanya Lenatan, Anissa, sama Amalia. Rasanya konyol kalo saudah kumpul lengkap mereka, rasanya menggila, tak terhingga. 
Tapi,
Sampai pada fase dimana Icha pernah bilang ke aku kalo Janu diem-diem suka sama aku. Rasa sayang nya ada lebih ke aku, perhatiannya lebih, tapi memang katanya aku saja yang tidak peka. Karena memang aku terlalu dingin, atau memang kode-kodenya tak terbaca olehku? Hmm.. Entahlah.

Tetiba..
"Essa, kog kamu senyum senyum sendiri?, gila lu yak?" Lena bertanya demikian ke aku.
"Ya itu ngomong seenaknya aja yak, aku sumpel nih pake tahu bulat, hahaha"
"Ihhh memang gak tau yak? Essa kan sekarang udah punya pacar? Tapi, pacar khayalan. Hahaha" Amal menimpal dengan so' taunya dia.
"Ah apaan si, ngomongin pacar pacar mulu. Sekolah dulu yang bener!"
"Sa, memang bener kamu udah punya cowok? Siapa dia? Kog aku gak tau?" di bombardir pertanyaan seperti itu oleh Janu, rasanya mukaku semakin memerah.
"Cieeee Janu cemburuuu, sini akika peluk!" gubrak suasana pecah ketika Jojo nyeletuk"
.





Sabtu, 07 Mei 2016

Nikmati Saja Prosesnya ^^

"Mengapa membaca novelnya di loncat dek, itu baru halaman 135, taunya loncat ke 222 saja, hem?" 
"Aku kesal, yasudah daripada baper mending aku loncati saja halamannya"
"Tapi kan kamu tidak tau cerita seutuhnya?"
"Ah biar saja, lagian aku gak suka pas Keenan malah punya cewek di Bali ka"
"De, kalo kamu mau protes, protes saja sama Dee Lestari, bukankah di yang pegang alurnya? Bukannya dia yang pegang kuasa atas semua tokoh di dalam novelnya? Bilang saja, kalau saja Keenan bisa tegas sedari dulu, mungkin Kugy gak akan pacaran sama yang lain terlebih dahulu, gitu aja susah"
"Hmmm .. Kog, jadi kakak yang kesel? "
"Yaiyalah, kamu tuh apapun itu harus dinikmati prosesnya, jangan asal mau tinggal enaknya saja. Kamu mungkin sudah sangat khatam kan dengan kalimat 'proses tidak akan mengkhianati hasil?' Nah, begitupun dengan prosesmu membaca novel Perahu Kertas ini, jika kau membacanya main loncat saja, mana mungkin kamu bisa menangkap pesan yang ada didalamnya"
"Mmm, lho kakak kog jadi so' bijak gitu? Belajar darimana?" (aku bertanya nyinyir)
"Dari sakit hati!" (kesal).
"Hahhaa.. Oohhhh, okay"

Itu sebagian percakapanku dengan kakak kelasku dulu. Haha lucu memang, tapi apa yang dia katakan itu benar.
Jika dalam hidup ini kita hanya mau tinggal enaknya saja, maka sebenarnya tidak pernah ada kepuasan yang kita dapatkan dalam hidup. Bukankah hasil dari sebuah perjuangan itu lebih nikmat dirasakan?

Kadang aku berfikir, mengapa do'a-do'aku tidak dikabulkan Tuhan, tetapi akupun mengerti dengan sebuah proses. Apakah selama ini sudah aku maksimalkan prosesnya untuk meminta apa yang aku ingini? Atau, kalopun prosesnya sudah aku all out-kan bisa jadi Tuhan menundanya? Bukankah ada tiga alasan mengapa doa kita belum/tidak dikabulkan-Nya? 1). Ya, ku beri sekarang. 2). Nanti, aku ingin melihat lagi usahamu. 3). Tidak, akan ku ganti yang lebih baik.

Kadang, akupun berfikir, mengapa skenario Tuhan begitu pelik untukku? Aku banyak membaca novel, artikel, kisah-kisah teladan, kisah-kisah inspiratif yang mengharukan. Hingga aku lenyap terbawa kisahnya. Aku banyak menonton film, film drama Korea, film-film perjuangan, film Komedi, film tragedikomedi, film romantis, hingga aku larut dibuatnya, terbawa suasana sampai kadang merasa bahwa akulah yang sedang melakoni perannya. Dimana sebagai peran yang baik selalu mendapati kebahagiaan di akhir cerita. Tapi, lagi-lagi kenyataan berbeda dari apa yang selama ini aku tonton dan baca, nyatanya kehidupanku tidaklah seperti itu, apa yang aku ingin, banyak yang tak bisa ku dapatkan, apa yang aku cita-citakan, ada saja yang tidak kesampaian. Namun begitu, lagi-lagi aku harus menikamti prosesnya..

Aku harus bersyukur dengan apa yang sudah ku dapatkan, aku harus bersyukur dengan apa yang sudah ku alami selama ini. Bukankah, sutradaraku adalah sutradara yang sesungguhnya? Penulis skenario kehidupanku adalah penulis yang sesungguhnya? Bukankah, pemegang alur hidupku adalah pemegang alur yang sebenarnya? Bukan seperti yang dikisahkan dalam novel Perahu Kertas yang Dee Lestari pegang kendalinya, kemanapun ceritanya sebebas dia berimajinasi saja? Bukan sutradara yang mengharuskan aktor dan aktrisnya memerankan peran sesuai keinginannya?
Ya, Sutradaraku adalah ia Empu-Nya dunia. Lalu, apalagi yang perlu aku risaukan? Bukankah kisahnya ini nyata? Bukannya kisahnya sudah sangat indah? Bukannya ceritanya lebih drama, lebih komedi, dan lebih romantik daripada yang sekadar telah aku baca dan tonton.
Lalu, apalagi yang harus aku keluhkan dalam hidup? Apalagi yang harus aku khawatirkan ketika doa-doaku belum Dia kabulkan? 

Apakah kalian juga pernah merasa dengan apa yang pernah aku rasakan juga?


Jika tidak, bersyukurlah kalian. Setidaknya tidak pernah ada yang kalian ragukan dalam hidup.
Jika iya jawabannya, ayolah! Janganlah lagi kita mengeluhkan semuanya, bukankah akan lebih berkah jika waktu yang kita gunakan untuk mengeluh tersebut digantikan dengan waktu untuk kita bersyukur?
Sekali lagi, jangan pernah mengeluh, jangan pernah bertanya mengapa, tentang kehidupan orang -orang di sekitar kita yang kita rasa lebih bahagia, bisajadi mereka sedang menderita,, siapa yang tau? Marilah kita nikmati prosesnya, jangan pernah ingin meloncat dari satu kisah ke kisah berikutnya. Nikmati saja dengan yang semestinya. 

Jangan mengeluh! Dan jangan lupa bersyukur!

*~~Beo Keller.

Kamis, 05 Mei 2016

Mama, Maaf ku buat kau menangis ~~

"Anakku, adalah takdir yang menentukan jika suatu hari nanti kita harus berpisah. Mungkin, ketika semua itu terjadi maka ikhlas dan bersabarlah!
Tri Indah Itcun putriku tersayang, dalam jiwamu membayang jiwa ibumu. Dalam indahnya sorot matamu, membayang kasih sayang yang tulus, kepada sesamamu. Bahagialah aku memiliki anak sepertimu. Jadilah kau hamba yang taqarrub kepada Alloh SWT. Janganlah berduka karena persoalan dunia. Karena hanya akan kian menjauh dari Alloh, kian nestapa di dunia dan semakin menderita di akhirat.

Anakku, jadilah kau hamba yang 'ihsan' , hingga selama nafasmu berhembus dimanapun kau berada, kau akan merasa takut kepada Alloh SWT.
Apa yang aku lihat darimu cukup membuatku bangga berkat bimbingan ibumu. Tapi tetap harus kau tambahkan lagi keimanan mu, agar dialam langgeng nanti aku bisa menjemputmu dengan senyuman. Seimbangkanlah urusan dunia dan akhiratmu!

Untukmu mutiaraku, Tri Indah Itcun tersayang...
Kau masih labil. Tapi, aku senang sekali setiap mendengar celotehmu. Embun ada diwajahmu, Jika aku sudah tidak bisa mendampingimu lagi, dengarlah semua pepatah kakakmu, karena dia adalah penggantiku. Janganlah kau buat dia kecewa, dangan buat dia cemas memikirkan kesehatanmu. Buatlah dia tersenyum, agar berkah kau dapati darinya. Tanyakanlah kepadanya apa yang ingin kau tanyakan, dan dampingilah dia disetiap kesusahannya karena dalam kesenangannya kau tak akan dilupakannya. Janganlah kau banyak mendebatnya, karena dalam perdebatan itu sesungguhnya banyak mudharatnya. Dan yang paling utama janganlah sesekali kau memusuhinya, sekeras apapun dia menasehatimu, lakukanlah tugasmu sebagai adik yang berbakti kepada kakaknya. 


Hanya jika kau menemukan laki-laki yang mencintaimu bukan karena akhlakmu, jauhi dia!
Tetapi sebaliknya, jika menemukan laki-laki yang mencintai akhlakmu, mintalah bantuan kakakmu, agar lelaki itu segera mengkhitbahmu.

Anakku, seperti dingin mencintai salju, seperti pantai mencintai lautnya, seperti panas mencintai apinya, dan seperti kekasih mencintai kekasihnya, atas nama Alloh azza wa jalla, jaga dirimu baik-baik. 
Di kehidupan kedua aku menunggumu berbalut cahaya rahmat-Nya. Aku yang siap meletakkan nyawaku untukmu.
Tertanda..
Papa"

Mama, maaf aku lancang telah membaca surat terakhir papa untukku yang telah lama kau sembunyikan.
Mama, maaf telah banyak ku buat kau menangis karena ulahku sewaktu kecil dulu yang selalu menanyakan papa dimana.
Tiga tahun telah berlalu, aku sudah lulus dibangku sekolah menengah atas. 

Namun kali ini akan ku paparkan semuanya. Waktu kelas sebelas itu, engkau datang ke sekolah untuk mengambil hasil laporan belajarku, namun setelah kau terima kau terkaget ada ketidakhadiranku yang teryanda "Alfa" selama 3hari. Padahala kaupun tau dan ingat bahwa aku tidak pernah tidak masuk sekolah kecuali sakit.

Kau tak menanyaiku ketika masih di sekolah, namun kulihat nampak wajahmu kesal kepadaku. Setelah dirumah, selesai akuganti baju dan makan, lalu kau tanyakan semua itu kepadaku.

"Nak, kemana saja kau tiga hari ada alfa? Padahal mamah tau kau tidak pernah bolos begitu saja. Mengapa kau tidak bilang?"
Namun aku tak menjawab, karena aku takut, aku tau mama marah sekali.
"Kenapa tidak menjawab? Kamu kemana? Kamu tau, mama sangat khawatir? Kamu tau, kamu adalah harapan mama satu satunya setelah kakakmu? Mama tidak mau mempunyai anak yang nakal, apalagi kau perempuan. Jangan kau ikuti semua pergaulan anak zaman sekarang! Mama kecewa sama kamu"
Mendengar kalimat-kalimat yang mama ucapkan kepadaku, hatiku terasa nyeri, andai mama tau aku kemana waktu itu , mungkin dia akan lebih kecewa lagi, apalagi kulihat matanya berurai airmata.
Aku tak kuasa menahan tangis, sambil memeluk, ku jabat tangannya, aku segera meminta maaf dan menjelaskan semuanya "Mama, maafin aku.. Aku tau aku salah, selama tigahari itu aku memang bolos sekolah. Aku ikut lomba festival band sama teman-teman dan kakak kelas ku, dan aku lanjutkan menonton konser band lain"

Mama geram mendengar semua apa yang telah aku jelaskan , dan langsung tak mau bersentuhan denganku.

"Hah? Kamu tidak masuk sekolah hanya karena alasan itu? Betapa merugi kakakmu menanggung semua beban sekolahmu, 
awalnya mama bangga sama kamu, tapi kini tidak lagi, mama kecewa karena kau telah berani berbohong. Apalagi jika kakakmu tau soal ini, betapa hatinya terluka kau khianati kepercayaannya. Sudah mama tak menyangka, putri kecil yang mama sayangi ini ternyata sudah berani berbohong. Betapa hati mama terluka nak, kamu mengabaikan sekolahmu hanya karena bermain, hanya karena kau asyik menonton konser musik indolamu. Nak, papamu sudah tidak ada, jangan kamu nakal, jangan kamu membangkang, apa kau tidak sayang sama mama dan aa? Sekali lagi kau mengulangi kesalahan itu, mama tidak segan memukulmu, sudahlah sana mama ingin sendiri!"

"Tapi mah, mama harus dengar dulu alasanku berani berbuat seperti itu ..'
"Tidak, sdahlah sana.. Nanti kalau mamah sudah tak marah lagi, baru kau boleh berbicara!"
Tanpa mau mendengar alasanku, mama memungkas percakapan itu.


Duaminggu kemudian, di sekolah diadakan acara kenaikan kelas dan perpisahan seperti biasanya pesta tiap tahun anak-anak sekolah.
Aku dan mama sudah baik-baik saja. Semua orangtua wali murid datang untuk menghadiri putra-putrinya. Acara demi acara tersuguh dengan rapi, karya karya terbaik di suguhkan untuk menghibur semua hadirin yang datang. Akan tetapi, degan keadaan mama yang sudah tidak muda lagi, mama pulang sebelum acara selesai. Tapi bagiku itu tidak mengapa, aku rasa semua baik-baik saja. Namun tibalah saatnya pembagian hadiah untuk siswa-siswi berprestasi.

Dari mulai kelas sepuluh, sebelas, duabelas, semuanya dipanggil. Setiap semua siswa-siswi yang berprestasi itu, dipanggil satu persatu dan dengan didampingi papanya atau walinya masing masing. Tiba saatnya siswa-siswi di kelasku yang diumukan, pertama dipanggil dia yang peringkat ke riga, yang kedua, dan tak disangka aku mendapati juara pertama. Aku girang bukan main, banyaknya tepukan tangan mengelu-elukan namaku membuat hatiku melayang terbang, aku segera bergegas naik keatas pentas untuk mengambil theropy juara pertamanya. Namun sekejap hatiku lemas, ketika tak kudapati orang dibelakang yang mendampingiku, padahal temanku yang kedua dan ketiga mereka semua dipeluk papanya. Seketika airmataku berurai, tak henti aku menyalahkan keadaan, menyesali semuanya, sambil tertinduk dalam hati aku berkata "Mengapa harus aku yang mendapat juara? Sedang tak ada satupun yang mendampingiku disini, lebih baik aku tak usah mendapati piala ini, apalah arti semua ini, hatiku sakit Tuhan :'("
Semua mata tertuju padaku, semua memandang, tak sedikit yang bertanya "Mana itu papanya? Mana itu walinya?"
Arrghhh hatiku kesal, marah, sedih dan campur aduk. Aku bergegas pergi dari pentas, tak ku hiraukan semuanya. Walaupun mereka beryanya-tanya apa yang terjadi gerangan.

Aku pulang, aku ceritakan semua kejadian tadi sama mama, mama kembali menangis dan memeluk, tak lupa ia mengucap maaf kepadaku, karena merasa bersalah tak bisa mendampingiku. Namun, hatiku tak tega melihat ia menangis, ku usap airmatanya, ku peluk dia erat-erat dan aku bilang "Tidak apa-apa ma, aku mengerti. I love you ma" 

Ketika sedang berpelukan, tiba-tiba salah satu temanku ada yanh datang kerumah, membawa piala yang tadi sempat aku lupa membawanya pulang. Tetapi mama heran, melihatnya membawa dua piala.
"Ndu, kok kamu bawa dua piala? Juara apa saja?"
"Oh ini mah satu piala, aku dapat peringkat kelas ke dua, yang satu lagi juara pentas seni sewaktu classmeeting duaminggu yang lalu"
"Ooh begitu, memangnya Tri nggak dapet juara ya pas classmeeting itu ndu? (Mama seolah penasaran).
"Mmm Tri bukannya tidak juara mah, tapi Tri gak ikutan. Soalnya pentas seni waktu itu pesertanya harus anak dan ayahnya. Jadi Tri gak ikut, malah dia gak sekolah dan ka dia bilang ke aku, dia ikut festival band waktu itu, dia menang lho mah, dapet kaos cinderamata katanya".

Setelah temanku berlalu pergi, mungkin mama mengerti dengan semua kejadian tempo lalu. Mama tak kuasa menahan air mata, mama datang ke kamarku dan menangis sejadi-jadinya.
Aku heran, kenapa mama tiba-tiba seperti itu.

"Mah, mama kenapa? Mama sakit? Apa yang sakit mah? Aku. Panik dan akupun ikut menangis. Mama memeluk erat tubuhku.
"Nak, mama tidak sakit, mama tidak kenapa-kenapa, sesungguhnya hatimu yang baru mama ketahui menahan sakit yang luar biasa, menahan perih yang teramat dalam, menahan rindu yang sangat menebal. Maafkan mama tempo lalu yang telah habis memarahimu, mama tak sedikitpun benar-benar marah kepadamu waktu itu, mama sekarang mengerti, mengapa kau membolos, tetapi mengapa tak kau ceritakan semuanya pada mama? Kau menahanya sendiri.. "
Ohh berarti mama sudah tau semuanya.

"Hmm .. Iya ma, itulah alasanku mengapa dulu sempat aku tidak masuk sekolah. Sejujurnya aku sangat ingin mengikuti pentas seni itu, tetapi aku mencari kebahagiaanku sendiri, aku mengalihkan kesedihanku waktu itu, aku tau aku salah mah, aku tidak bilang dulu sama mama. Tapi aku takut mama marah.  Aku tak sekuat orang lihat ma, aku rapuh. Tangisku selalu pecah, setiap kali aku mengingat papa. Dadaku selalu berdesir, bergejolak, setiap kali melihat gadis lain sedang bercengkrama dengan papanya, hatiku terasa nyeri setiap kali membayangkan papaemgusap rambutku. Ingin aku menyumbat telingaku, karena iri, setiap banyak teman-teman sedang menceritakan papanya, tetapi aku bersyukur aku punya mama dan aa"

Mendengar aku berkata demikian, sepertinya hati mama lebih sakit dari apa yang sekadar aku rasakan. Hmm namun aku tidak bermaksud membuat mama sakit hati.. Tapi itulah yang sebenarnya aku rasakan.
.
Aa says "Jangan pernah tanyakan mengapa semuanya terjadi, karena tugas kita hanya menjadi anak yang soleh dan soleha, yakin saja kalau kita bisa berkumpul lagi di Jannah-Nya"