Selasa, 06 Agustus 2013


SOSOK DI BUS MALAM

Libur sekolah telah tiba, waktunya untuk pulang ke kampung halaman hanya sekedar untuk melepas lelah dan me-refresh otak sebentar, selagi ada kesempatan mengapa tidak? Itu fikirku.
Hmmm, jarak dari tempat perantauan menuju desa kelahiran ku itu memang sedikit jauh, yaaa kurang lebih memakan waktu sampai dua hari satu malam untuk sampai di tempat tujuan, hingga persiapan segala sesuatu untuk di perjalanan yang tentuya pasti akan sangat melelahkan.
Brmmmm” suara bus di terminal berselimpangan terdengar di telinga, udara yang masih pagi menjadikan Jakarta masih tampak terasa sunyi. Para penumpang di segerakan untuk menempati tempat duduk yang telah tersedia di sebuah bus besar pariwisata jurusan Medan- Sumatera Utara.  Dan AKU? Menempati tempat duduk tepat di kiri belakang tempat pak sopir mengemudi, lebih tepatnya lagi aku duduk di kursi sebelah kiri dekat jendela, sengaja saja aku pilih kursi itu , selain nyaman juga jendelanyapun bisa aku gunakan sebagai teropong untuk melihat keindahan jalan selama aku menyusuri perjalanan nanti.
Disini, di kursi ini aku duduk hanya sendiri, kendati ‘katanya’  kata kondektur nya sih orang yang asalnya akan menempati kursi di sebelahku tidak jadi berangkat, ia pun tak memberi  tau alasan nya mengapa, hmm ya sudahlah , tak ku hiraukan semua itu , justru hatiku senang , karena dengan kosongnya kursi ini , jika lelah nanti aku bisa bersandar dan tertidur leluasa dengan badan telentang atau berbaring seperti di kasur saja.
Setengah perjalanan telah aku lewati , dan kini tiba saat nya kami semua penumpang bis ini sedikit beristirahat, hanya sekedar memberi waktu untuk makan, istirahat , mengisi bensin dan yang ingin ‘pups’ upsss. Hehehe. Ketika sebuah bunyi sebagai tanda bahwa waktu istirahat telah selesai , semua penghuni bis tadi segera berjejer dan memasuki bis dengan duduk di tempat duduk yang semula mereka duduki , dan ketika aku hendak menduduki kursi yang ku anggap ‘sofa’ di rumahku, ternyata oh ternyata telah duduk seorang gadis cantik nan ayu menduduki kursi tepat di sebelah aku duduk tadi, ”hmmm siapa gerangan gadis cantik ini?” celotehku dalam hati. Tapi, tidak ku pasang muka keheranan, berpura pura ‘cool’ dan tampak biasa saja, dan tidak lama berdiri tertegun aku pun langsung duduk di sebelahnya, menoleh perlahan ke arah kanan, dan senyum manis perdana terlempar darinya untuk ku “argggg”  hatiku mulai berasa tak karuan, memberanikan diri untuk sekedar berjabat tangan dan memberitahukan namaku pun harus dengan keringat dingin yang entah mengapa tiba tiba basah mengguyur jidatku, “mmm, namaku MUHAMMAD GUMILAR, panggil saja Gumgil atau Gugum, namamu?” mungkin itu kalimat pertama untuk mengawali pembicaraan kita di bis ini , dengan tersipu malu iya berkata “aku engga nanya tuh, hehe aku becanda. Gumgil? Panggilan yang unik, namaku MAYANG WARNA , panggil saja aku Mawar” . Oh nama yang indah dan berkesan, suaranya ‘ituloh’ bisa bikin aku tertegun ingin selalu mendengar iya berkata, dan tangan halus seperti selalu luluran tiap hari membuat aku enggan melepas tangan dan jemari mungilnya.
Percakapan kita berduapun berlanjut , dengan memperkenalkan diri masing masing , kesukaan masing masing , dan kebiasaan masing masing mengantarkan kita menjadi tak sadar dengan waktu dan perjalanan jauh yang telah kita lewati selama bercengkrama , dan saking asyiknya dengan topik yang sedang kami bicarakan , hingga aku tak sadar melepas tawa yang membuat gaduh seisi bis ini , dan ‘uppss’ mereka sontak menoleh kearahku yang tak kuasa menahan tawa kegirangan karena geli mendengar celetukan dari seseorang di sebelahku , tapi ahhh apa yang ku hiraukan dengan mereka? Aku senang saja menikmati perjalanan dan dialog yang tak jua usai. Keasyikan ngobrol , akhirnya lelah itu datang untukku ,aku tertidur pulas dengan kepala spontan bersandar di pundaknya. StzzzZZzzttZZtzz . . .
Ini hari masih sangat pagi , sang fajar pun masih malu malu untuk menampakan diri, seisi bis mulai segera berhamburan keluar , karena ini persinggahan terakhir tempat yang kami tuju dua hari yang lalu, aku? Keheranan melihat kursi disebelahku yang sudah tampak kosong tak berpenghuni seperti malam tadi, tengok kekanan kiri, depan belakang memang sudah tak ku lihat batang idungnya lagi, hmmm mungkin ia sudah turun duluan dari tadi. Tapi tetap saja wajah bingung dan menyesal tampak dirupaku , andai saja tadi aku bisa menanyakan alamat rumahnya, mungkin kapan kapan bisa aku berjumpa lagi dengan gadis cantik yang mengusik hati di bus waktu malam tadi, atau hanya sekedar berpamitan saja dan memberi senyum terakhir untukku , hmmm , dengan langkah kontai aku mulai turun dari bis , dan alangkah ‘gila’  pagi ini , seisi penumpang bis tadi menoleh semua karahku dan kulihat seorang diantara mereka mengangkat tangan dan memiringkan jari telunjuknya tepat di jidat ia sendiri , dan semua tingkah polah ‘gak jelas’ itu ia tujukan ke arah ku , apa maksud dari semua ini ? benakku berkata seperti itu. Ketika ku hampiri seorang kondektur yang sempat ngobrol denganku sewaktu aku naik bis ini kemarin, dan bertanya “pak , apakah anda melihat gadis cantik yang semalam duduk disebelahku? Apakah dia turun sebelum bis ini berhenti?” , dengan geleng geleng kepala ia pun menjawab tanyaku “gadis cantik kepalamu? Semaleman kami heran melihatmu yang bicara sendiri dan tertawa sendiri , kami fikir kamu sudah gila nak”
 . . .
O’owwwww , ketika sampai di kampung halaman, nampaknya seisi rumah sedang tidak ada di tempat , menurut tetangga yang masih terjaga, keluargaku sedang ‘melayat’ di desa sebrang , “katanya ada seorang gadis seusiaku yang meninggal pas hendak pulang kekampungnya , iya meninggal tepat ketika ia akan menaiki mobil bis yang akan melaju menuju Medan, iya meninggal karena terserempet oleh bis lain di terminal, disini ia lebih dikenal dengan sebutan MAWAR” kasihan sekali tuturnya menambahkan , “ belum sampai tujuan sudah meninggal duluan” , tanyaku, “maksudmu iya meninggal ketika iya masih di Jakarta? Menuju pulang kesini , gitu?” ia menjawab “oalaaaahhhhh, ya iya lah, masih belum ngerti juga penjelasan ku tadi” , “emm, emm , makasiihhh” L

LALU? Yang semalam duduk denganku siapa ? Apa dia MAWAR yang sama?
huzzzzZZsssZZzsss . . .
keringat dingin lagi deh L


POHON PERSAHABATAN

Musim liburan telah berlalu , seperti biasa hariku selalu sendiri dan hanya ditemani bibi, pengasuhku sejak dahulu dan pak sopir yang selalu setia mengantarku kemana saja , kendati papa-mama selalu sibuk keluar kota bekerja dengan  urusan mereka masing masing , sekalipun hari minggu , aku tetap sendiri .
Hari minggu , hari ini aku jalan jalan ke kebun pinus milik kakek. Hmmm , dingin sekali udara disini . Sejenak aku melamun berandai andai aku mempunyai teman, mungkin tidak akan sesepi hari sekarang , bisa bermain, bersenda gurau. Tidak seperti sekarang , setiap hari selalu yang ku temui wajah wajah penuh pengabdian , dan kakek , wajah yang selalu memberi nasehat jangan sampai aku nakal.
Hari mulai senja, kendati langit seperti ingin menumpahkan segera air hujan nya , ketika aku hendak bergegas berjalan menuju rumah kakek , ternyata kedapatan sesosok dewi cantik seusiaku sedang bersandar dibawah salah satu pohon pinus, aku mendekatinya kemudian dia segera tersadar keberadaaku yang hendak mendekatinya , senyum manis itu iya lontarkan ke rupaku yang asalnya sangat ketakutan karena telah lancang mendekatinya , dan perlahan pipikupun merekah membalas kempot lesung pipitnya.
Hari minggu, tanggal 3 bulan juni 2009, dibawah pohon pinus aku kedapatan mempunyai teman yang seusiaku, dibawah pohon ini kita saling berkenalan, aku sembari mengulurkan tangan dengan rasa penuh penasaran berkata “BIAN” , dan iyapun membalas dengan penuh suara sayup “NANA” .  Hari sudah hampir gelap , aku teringat segera harus pulang , setelah sebentar bercengkrama , akhirnya akupun pamit untuk segera bergegas meninggalkan dia , dan iyapun berkata , iya akupun demikian , aku harus segera pulang juga.
Semenjak saat itu , persahabatan pun mulai terjalin , hari hariku yang selalu sendiri ‘kecuali bibi dan pak sopir’ menjadi lebih berwarna setelah perjumpaan sekali di pohon pinus itu. J * setahun berlalu.
Pagi, 03 Juni 2010, aku teringat akan kejadian setahun lalu, hmmm berharap “NANA”, aku bisa berjumpa lagi disana, segera kakiku kontai menyusuri kebun pinus lagi , dan mengingat ngingat pohon ketika pertama kali kita bertemu , dan ya . . . ini pohon itu , saksi bisu pertama kita bertemu . hmmm.
‘Nana’ gerutuku dalam hati , kok bisa dia ada sebeluam aku duluan sampai di pohon ini? Dengan hati penuh keheranan. Seperti biasa, ketika pertama jumpa lesung pipitnya langsung terbentuk spontan untukku, ” ‘Bian’ ternyata perasaan kita sama , kamu ingat tanggal sekarang kan ?” tanyanya. “Hmmm , i iya, aku ingat tanggal ini , setahun yang lalu kita pernah ketemu disini , tepat dibawah pohon ini” . “Tepat, tepat sekali” iya menyambar ucapanku.
Percakapan dimulai dari pertanyaan pertanyaan konyol kemudian disusul dengan pertanyaan yang sedikit menjalur kepada serious, dan terakhir ketika aku hendak bertanya rumah dia dimana, Nana batuk sambil menundukan kepala dan membungkam mulut yang sedang batuk dengan saputangan putih miliknya , ketika dia mulai mengangkat kepala , aku terkejut, “NANA, kamu kenapa na?, kok kamu batuk sampai muntah darah , kamu sakit” tanyaku penuh cemas. “emh, emmmh, engga aku gak kenapa kenapa” seolah enggan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. “tanyaku lagi “tapi itu berdarah?” segera ia menengok jam tangan di tangan  kanan nya , “Bian , sebelum hari mulai sore, gimana kalo kita tulis nama masing masing oleh masing masing dibatang pohon pinus ini , supaya jika nanti aku atau kamu kangen, tanpa harus menunggu setahun dulu , kita bisa langsung aja cerita ke pohon pinus ini? Aku nulis nama kamu , begitupun sebaliknya, gimanaaa?” dengan penuh rasa sedikit kecewa karena tanyaku tadi tidak iya jawab , segera aku mengiyakan usulannya “Iya”. “Bian, aku harus pulang” sambil berlari pergi mulai jauh dari ku.
Sambil melamun aku sedikit heran dengan usulan NANA, ketika sedang asyik bercakap dia batuk dan muntah darah, usulan membuat nama dipohon pinus, tapi dia malah pergi. Hmmm aneh aneh aja , Nana , Nana.
Matahari mulai malu menampakan diri , aku harus segera bergegas pulang. Tetapi sebelum pulang, aku harus menulis nama “NANA” terlebih dahulu di pohon pinus ini. Lalu, kapan dia akan menulis namaku di pohon ini, gerutuku dalam hati. Tapi aaahh, pusing pusing aku mikirin hal ini. Ya sudahlah , aku pulang saja.
Sesampai dirumah , keeekkk, kakeeeekk . . .
Cepat cepat aku bercerita dan bertanya kepada kakek siapa Nana sebenarnya , dan kakek berkata “Dia adalah tetangga kakek disini, emangnya kenapa cu? Cucu kakek kesengsem toh sama dewi cantik itu?” sambil tersenyaum kakek bertanya konyol kepadaku . “ah kakek apaan sih , ya enggalah , dia hanya sahabatku, yang aku temui satu tahun yang lalu”
Hari hari selalu seperti biasanya . susah untuk bertemu dengan NANA ketika rasa hendak ingin bertemu, sekalipun hanya sebentar , aku heran dibuatnya, masa setiap kali ingin bertemu, hanya dipohon pinus, dan itupun harus menunggu satu tahun sekali, ahh ini persahabatan gila bagiku.
Pagi, 02 juni 2011, lama rasanya menunggu hari esok, ingin rasanya cepat berjumpa dengan dewi cantik itu yang satu tahun lalu aku berjumpa dengannya. Eh eh tiba tiba, “brumm-bruummmm” kakek ku ternyata sedang memanasi mobilnya, “kek, mau kemana? Kok pagi pagi sudah rapi saja bergegas pergi” , “kakek mau kerumah sakit cu, nengok tetangga yang sedang sakit keras” jawabnya, “siapa? Boleh aku ikut dengan kakek menengoknya” tanyaku lagi, “tidak, kamu dirumah saja, jika ada sesuatu kakek kabari nanti” pungkasnya . Ya ya ya, rupanya kakek tidak berkenan jika aku ikut dengan nya. Sendiri, menunggu hari mulai menjelang sore diisi dengan kegiatanku bermain bola dengan pak sopir, sedangkan bibi aku jadikan sebagai penjaga gawang. Hahaha rame rasanya bermain dengan mereka, hangat suasana dengan mereka ketika kuajak bermain bersama. Hmmm , lelah, hari telah sore, “tiddd-tiddd” kakek datang dengan wajah kurang menyenangkan, “kek, sudah pulang, kenapa kok wajah kakek ditekuk begitu? Langsung kedatangannya aku sambar dengan pertanyaan. “sudah cu, hmm ti tidak,kakek tidak kenapa kenapa” , “Loh, kok baju kakek kotor sekali, kakek sebenarnya dari mana, dari rumah sakit atauuuu dari kebun pinus?” , “kakek memang sudah dari rumah sakit , namun sepulang dari sana kakek langsung ke kebun, tetangga kakek yang kakek jenguk tadi memaksa kakek minta diantar kekebun, katanya ada suatu hal yang penting yang harus dia tulis disana” kakek menjelaskan, “hemh? Orang sakit kok minta diantar kekebun? Mau nulis? Ih aneh aneh saja orang itu, memangnya dia siapa? Kerabat kakek? Cieeee, atau pacar kakek ya” tanyaku lagi penuh keheranan dan sedikit bergurau , tapi dengan wajah sedih kakek segera kekamar. Dengan sedikit rasa heran aku bertanya tanya, “sebenarnya siapa yang kakek antar kekebun dengan keadaan sakit, dan apa yang sebenarnya mau ia tulis dikebun” emh, orang aneh , celetuk ku.
Pagi, 03 juni 2011, wuhuuuuuu, dengan suasana yang segar dan badan yang sudah rapi, gooo langsung pergi ke kebun, dan menuju salah satu pohon pinus disana . Dengan kegirangan ingin segera jumpa dengan karib lama, yang sudah lama tak jumpa “Naaaaaa, nanaaa, aku dataaangg” aku memanggil manggil namanya sembari penuh harap dia menjawab panggilanku, “Naaa, Nanaaaa, kamu diamaaa? Aku disini” hmmm, dengan suara parau yang mulai lelah aku sendiri bersandar dibawah pohon pinus, hmmm “Nana kemana, biasanya sebelum aku, dia selalu duluan sampai dipohon ini, sekarang kan tanggal 03, apa dia lupa, atauuu sengaja tidak mau lagi bertemu denganku? Ahhhhhhhhh lama rasanya menunggu kamu datang Na” seperti orang bego saja aku berkata kata sendiri. Hmmm, aku lelah setelah menunggu lama akhirnya Nana tidak juga kunjung datang, dari tadi aku tidak merasa tanda tanda kehadirannya, “sebenarnya Nana kemana sih?” . Sunset indah mulai tenggelam ditelan malam , Nana yang kutunggu tak jua kunjung datang, haaahhhh kesal rasanya. “Bian, Biannnn” suara yang kutunggu mulai terdengar,  tapi ah aku diamkan saja, toh yang manggil juga bukan Nana, tapi kakek. “Biaaan, cucu Kakeek , dimana kamu nak? Sudah malam , pulaaangg, mainya besok Lagi saja” kakek berkata seperti itu . “aku disini” , dengan raut rupa yang sedih kakek langsung menghampiriku dan berkata “sedang apa kamu cu disini? ini sudah larut malam loh, yuk pulang!” .
“tidak mau, aku sedang menunggu Nana, dewi cantik yang pernah kuceritakan setahun yang lalu pada kakek, dulu, biasanya setahun sekali setiap tanggal ini kita jumpa dikebun ini , dibawah pohon pinus ini kek” dengan kesal aku bertutur kata, dan aku menambahkan lagi argumenku “Nih (langsung heran), loh kok namaku sudah tertulis bagus dibatang pohon ini” kegirangan aku langsung menoleh pada kakek dan berfikir kalo Nana tadi ada disini sebelum aku tiba , tapi kok kakek menangis ya “kekk, kakeekk, kakek kenapa?” tanyaku dengan buru buru dan penuh sejuta rasa penasaran, sebelum kakek menjawab, aku bertanya beribu ribu kali dengan tanya yang sama , namun kakek tetap saja menangis terisak malah semakin sedih memilukan, “ka, kakek akan bercerita, tetapi kamu janji tidak akan menangis ya cu? Karena teriris hati ini jika harus melihatmu menangis kehilangan” jawabnya sambil terisak, “kehilangan? Maksud kakek apa? Jelaskan padaku segera, jangan berbelit belit kek, ada apa ini sebenarnya , katakan kek ! katakan! “ penuh penasaran dan dengan hati yang gundah gulana ingin segera mendapat penjelasan darinya  “Na, . . .” belum sempat iya berkata , kalimatnya segera aku potong “Na, na , na , Nana kenapa kek? Ada apa dengan Nana?” , “Nana , Nana sudah meninggal” sambil tak kuasa menahan tangis, “kemarin kakek menjenguk tetangga itu ke rumah sakit melainkan menjenguk Nana, dia mengidap kanker hati, dan sebelum dia pergi , dia memaksa kakek untuk mengantarnya ke kebun pinus ini , dan menunjuk pohon ini untuk dia menulis sebuah nama , yang tak lain adalah nama kamu , Bian” . . .

Isak tangis tak tertahan lagi , di kebun ini , dibawah pohon pinus ini , kutulis namanya , dan dia tulis namaku, persahabatan indah berlangsung selama tiga tahun, yang hanya diwarnai dengan duakali berjumpa dan satu kali bercengkrama , ini persahabatanku yang aku namakan ‘gila’ lebih dari gila bisa juga , NANA dan BIAN J

AKU PULANG UNTUK IBU

Ini adalah kali pertamaku jauh dari ibu, kendati harus menuntut ilmu dengan hadiah kerja kerasku sewaktu duduk di tingkat SLTA, behasiswa yang setimpal dengan apa yang telah aku keringatkan untuk mendapatkan nya.
Dulu, ketika sang fajar mulai berani menampakan diri , selalu suara ibu yang membangunkanku dalam mimpi, menyelempangkan handuk untuk segera bergegas menuju kamar mandi, menyiapkan pakaian seragam, uang saku, sepatu sampai pada kaos kaki, beranjak dari kamar menuruni anak tangga menuju meja makan sudah tersedia onak anik makanan sederhana namun tiada nikmat selain buatan ibu, setelahnya selalu tersuguh senyum indah untuk penghantar keberangkatanku menuju sekolah kala itu selalu begitu,  dengan mencium tangannya dan dengan ucapan salam ku kayuh sepeda pemberian ibu dengan tenang menuju tempat dimana aku menemukan ibu kedua disana, ya itulah sekolah.
Kini, semua harus aku lakukan sendiri, bangun pagi dengan menggunakan alarm di telepon genggam ku , itupun selalu kebablasan. Menggunakan ‘waiker’ di jam dinding masih juga tidak mempan, hmmm pernah tertegun kalo saja aku dirumah sudah ku gunakan bel sepedaku untuk selalu membangunkan aku untuk bergegas pergi kuliah. Mandi pagi pun kendati pernah atau bisa dibilang ‘sering’ tidak mandi, yaaa daripada terlambat ngampuss, mendingan hanya sealakadarnya saja , fikirku ‘toh orang lain tidak tau, kecuali kalo badanku bau’ hahaha. Sarapan? Hah? Disini mungkin kegiatan itu mulai tidak ku jumpai lagi, boro boro menyiapkan makanan untuk aku sarapan pagi , bangunpun aku selalu dalam tak sadarkan diri. O’owww , beranjak lari dari tempat dimana aku bermimpi ternyata sepatu yang akan aku kenakan hari ini masih dalam keadaan belum tercuci seperti belum mandi dan kena air berabad abad lamanya, ouuuuhhh jijiiikk , berjingkat jingkat kaki pun enggan berdekatan dengan sepatu bertampang kumel seperti itu, tak jarang akhirnya aku mengenakan sendal spotong ‘bustong’ untuk mengejar keterlambatan waktu, tapiiii masalah besar lagi lagi sering aku jumpai , ketika matahari mulai meninggi  disini enggan ada lagi kendaraan umum, semua harus selalu serba pagi , untuk mengais rezeki disini orang orang selalu sibuk sendiri, tanpa menghiraukan aku yang selalu sering terlambat karena susah bangun pagi.
Kebiasaan buruk itu selalu aku minimalisasi , hingga aku mampu berevolusi dari kejadian kejadian ngeri sejak pertama aku datang ke Sydney. Memulai membiasakan hidup mandiri tanpa ibu , pertama memang susah, susah banget malah, tapi lama kelamaan dengan tuntunan suara ibu yang jauh disana, aku mulai bisa menendangnya menjadi sebuah pelajaran indah pertama kali jauh dari ibu.
Hmmm,
Selalu, kesibukan kuliah menyita waktuku untuk hanya bercengkrama lewat telepon genggam dengan ibu, hanya sekedar menanyakan kabar dan melepas kangen dengan hanya mendengar suaranya yang jauh disana.
“Assalamualaikum, halo nak?” kata pertama yang selalu aku dengar darinya, ibu.
“Wa’alaikumsalam, ibuuu aku kangeeenn , kangen masakan ibu, ibu gimana kabarnya? lagi apa sekarang? Ibu kangen gak sama aku? Aku ingin pulangg” dengan suara manja mengusik hatinya. Selalu jawabnya “oalahhh anak ibuuu , kok banyak banget tanya nya , pertanyaan yang mana yang harus ibu jawab terlebih dahulu? nak jangan terburu buru untuk bergegas pulang hanya karena kangen sama ibu , toh sampai sekarang kita masih sering teleponan kan? ingat dulu perjuanganmau ingin kuliah disana! Dan ingat juga pesan ibu ‘ibu tidak bisa memberimu warisan harta, karena ibu tidak punya , tapi yang jujurlah dalam menuntut ilmu , pendidikan itu pahit akarnya , akan tetapi sangat manis buahnya’ “
Hmmm , suara itu , pepatah dan nasihat itu yang selalu bisa meredam hasrat ingin berpulang ke Tanah Air hanya karena ingin jumpa dengan orang tertahta dihati ini, ibu selalu menahan kepulanganku. Bulan depan aku telah dihadapkan pada tugas akhir semesrter, “alamat tidak bisa kontekan dengan ibu nih” gerutuku dalam hati , ahhhkkk sheeet ! Tapi selalu pesan ibu yang terngiang dalam angan.
Hari telah berganti , satu bulanpun terlewati. Masa ini yang aku tunggu dan sukai ketika berada disini , bebas lepas dari tugas seperti tempo tempo hari.
Handphone, mengingatkanku akan seseorang yang selalu memberi nasihat indah, ya “Ibu” .
 “NOMOR YANG ANDA TUJU SEDANG TIDAK AKTIF ATAU BERADA DILUAR JANGKAUAN”
Haahhh , selalu nada sama aku dapatkan ketika hendak menelepon ibu, satu sampai dua hari, nada itu yang selalu aku dapat ketika hendak menghubungi number ibu. Hati cemass, mulai bingung mencari kabar sebenarnya apa yang terjadi dengan gerangan disana, kendati sanak saudarapun aku tak punya, karena disana hanya tinggal kami berdua.
Hmmm, rehat sejenak dari tugas dan hati cemas, ‘klik’ aku tekan remot TV, dengan hati yang tak karuan tangan tergerak untuk menonton berita mancanegara di sebuah station TV swasta di Australia, dan ternyata “GILA, BENAR BENAR GILA, terdapat kecelakaan pesawat dari INDONESIA-AUSTRALIA” , hmmm spontan mulut berkata seperti itu , padahal apa yang aku hiraukan dengan penumpang yang ada didalamnya , toh aku tidak kenal dengan mereka. Mata terpejam karena lelah seharian dengan aktivitas yang dihadapkan, hufftt SzszszsZtttTzz . . .
Pagi, pagi ini rasaku serasa ada yang kurang , dan selalu yang aku ingat hanya ibu. Okeh, libur semester kali ini aku niatkan untuk pulang bertemu dengan ibu, dan sore ini aku berkemas siap siap menuju tanah tercinta, tanah dimana aku dilahirkan oleh ibu.
Perjalan selama dipesawat tidak terasa lama karena hati yang segera ingin memeluknya dan berteriak , ‘aku kngeeeeeeennn’ ! yang ingin segera memakan tempe semur buatannya yang special untukku, emmm yummmyy .
Tetapi sesampainya di ‘airpot’ , kabar seolah yang membisikanyapun petir yang disertai hujan lebat yang tak henti sepanjang tahun , kudapat berita yang diutarakan di pusat informasi ternyata ada seorang mayat perempuan korban kecelakaan pesawat pekan lalu, yang belum dijemput oleh keluarganya.
IBUUUUUUUU , teriakan itu yang akhirnya aku lontarkan, mengapa ibu meninggalkan aku sendiri disini? Sekarang aku pulang untuk ibu, mengapa ibu menahanku pulang sewaktu dulu? Aku kangen sama ibu , apa ibu tidak kangen denganku? Jeritan tangis yang tak bisa mengembalikannya untuk bisa lagi tersenyum untukku, menasehatiku, dan menyayangiku.
Tersadar ia tidak akan kembali untukku selamanya , kini aku hanya sendiri , sendiri dengan langkah kontai tak  terarah , berharap seseorang yang terbaring di hadapanku terbangun kembai dan memeluk tubuh yang perih ini.
I LOVE YOU MOM.