AKU PULANG UNTUK IBU
Ini adalah kali pertamaku jauh dari ibu, kendati harus
menuntut ilmu dengan hadiah kerja kerasku sewaktu duduk di tingkat SLTA,
behasiswa yang setimpal dengan apa yang telah aku keringatkan untuk mendapatkan
nya.
Dulu, ketika sang fajar mulai berani menampakan diri ,
selalu suara ibu yang membangunkanku dalam mimpi, menyelempangkan handuk untuk
segera bergegas menuju kamar mandi, menyiapkan pakaian seragam, uang saku,
sepatu sampai pada kaos kaki, beranjak dari kamar menuruni anak tangga menuju
meja makan sudah tersedia onak anik makanan sederhana namun tiada nikmat selain
buatan ibu, setelahnya selalu tersuguh senyum indah untuk penghantar
keberangkatanku menuju sekolah kala itu selalu begitu, dengan mencium tangannya dan dengan ucapan
salam ku kayuh sepeda pemberian ibu dengan tenang menuju tempat dimana aku
menemukan ibu kedua disana, ya itulah sekolah.
Kini, semua harus aku lakukan sendiri, bangun pagi
dengan menggunakan alarm di telepon genggam ku , itupun selalu kebablasan. Menggunakan
‘waiker’ di jam dinding masih juga tidak mempan, hmmm pernah tertegun kalo saja
aku dirumah sudah ku gunakan bel sepedaku untuk selalu membangunkan aku untuk
bergegas pergi kuliah. Mandi pagi pun kendati pernah atau bisa dibilang
‘sering’ tidak mandi, yaaa daripada terlambat ngampuss, mendingan hanya
sealakadarnya saja , fikirku ‘toh orang lain tidak tau, kecuali kalo badanku
bau’ hahaha. Sarapan? Hah? Disini mungkin kegiatan itu mulai tidak ku jumpai
lagi, boro boro menyiapkan makanan
untuk aku sarapan pagi , bangunpun aku selalu dalam tak sadarkan diri. O’owww , beranjak lari dari tempat
dimana aku bermimpi ternyata sepatu yang akan aku kenakan hari ini masih dalam
keadaan belum tercuci seperti belum mandi dan kena air berabad abad lamanya, ouuuuhhh jijiiikk , berjingkat jingkat
kaki pun enggan berdekatan dengan sepatu bertampang kumel seperti itu, tak
jarang akhirnya aku mengenakan sendal spotong ‘bustong’ untuk mengejar keterlambatan waktu, tapiiii masalah besar
lagi lagi sering aku jumpai , ketika matahari mulai meninggi disini enggan ada lagi kendaraan umum, semua
harus selalu serba pagi , untuk mengais rezeki disini orang orang selalu sibuk
sendiri, tanpa menghiraukan aku yang selalu sering terlambat karena susah
bangun pagi.
Kebiasaan buruk itu selalu aku minimalisasi , hingga
aku mampu berevolusi dari kejadian kejadian ngeri sejak pertama aku datang ke
Sydney. Memulai membiasakan hidup mandiri tanpa ibu , pertama memang susah,
susah banget malah, tapi lama kelamaan dengan tuntunan suara ibu yang jauh
disana, aku mulai bisa menendangnya menjadi sebuah pelajaran indah pertama kali
jauh dari ibu.
Hmmm,
Selalu, kesibukan kuliah menyita waktuku untuk hanya
bercengkrama lewat telepon genggam dengan ibu, hanya sekedar menanyakan kabar
dan melepas kangen dengan hanya mendengar suaranya yang jauh disana.
“Assalamualaikum, halo nak?” kata pertama yang selalu aku
dengar darinya, ibu.
“Wa’alaikumsalam, ibuuu aku
kangeeenn , kangen masakan ibu, ibu gimana kabarnya? lagi apa sekarang? Ibu
kangen gak sama aku? Aku ingin pulangg” dengan suara manja mengusik hatinya.
Selalu jawabnya “oalahhh anak ibuuu , kok
banyak banget tanya nya , pertanyaan yang mana yang harus ibu jawab terlebih
dahulu? nak jangan terburu buru untuk bergegas pulang hanya karena kangen sama ibu
, toh sampai sekarang kita masih sering teleponan kan? ingat dulu perjuanganmau
ingin kuliah disana! Dan ingat juga pesan ibu ‘ibu tidak bisa memberimu warisan harta, karena ibu tidak punya , tapi
yang jujurlah dalam menuntut ilmu , pendidikan itu pahit akarnya , akan tetapi
sangat manis buahnya’ “
Hmmm , suara itu , pepatah dan nasihat itu yang selalu
bisa meredam hasrat ingin berpulang ke Tanah Air hanya karena ingin jumpa
dengan orang tertahta dihati ini, ibu selalu menahan kepulanganku. Bulan depan
aku telah dihadapkan pada tugas akhir semesrter, “alamat tidak bisa kontekan dengan ibu nih” gerutuku dalam hati , ahhhkkk sheeet ! Tapi selalu pesan ibu
yang terngiang dalam angan.
Hari telah berganti , satu bulanpun terlewati. Masa
ini yang aku tunggu dan sukai ketika berada disini , bebas lepas dari tugas
seperti tempo tempo hari.
Handphone, mengingatkanku akan seseorang yang selalu
memberi nasihat indah, ya “Ibu” .
“NOMOR YANG
ANDA TUJU SEDANG TIDAK AKTIF ATAU BERADA DILUAR JANGKAUAN”
Haahhh , selalu nada sama aku dapatkan ketika hendak
menelepon ibu, satu sampai dua hari, nada itu yang selalu aku dapat ketika hendak
menghubungi number ibu. Hati cemass, mulai bingung mencari kabar sebenarnya apa
yang terjadi dengan gerangan disana, kendati sanak saudarapun aku tak punya,
karena disana hanya tinggal kami berdua.
Hmmm, rehat sejenak dari tugas dan hati cemas, ‘klik’ aku tekan remot TV, dengan hati
yang tak karuan tangan tergerak untuk menonton berita mancanegara di sebuah
station TV swasta di Australia, dan ternyata “GILA, BENAR BENAR GILA, terdapat kecelakaan pesawat dari
INDONESIA-AUSTRALIA” , hmmm spontan mulut berkata seperti itu , padahal apa
yang aku hiraukan dengan penumpang yang ada didalamnya , toh aku tidak kenal
dengan mereka. Mata terpejam karena lelah seharian dengan aktivitas yang
dihadapkan, hufftt SzszszsZtttTzz . . .
Pagi, pagi ini rasaku serasa ada yang kurang , dan
selalu yang aku ingat hanya ibu. Okeh, libur semester kali ini aku niatkan
untuk pulang bertemu dengan ibu, dan sore ini aku berkemas siap siap menuju
tanah tercinta, tanah dimana aku dilahirkan oleh ibu.
Perjalan selama dipesawat tidak terasa lama karena
hati yang segera ingin memeluknya dan berteriak , ‘aku kngeeeeeeennn’ ! yang ingin segera memakan tempe semur
buatannya yang special untukku, emmm yummmyy .
Tetapi sesampainya di ‘airpot’ , kabar seolah yang membisikanyapun petir yang disertai
hujan lebat yang tak henti sepanjang tahun , kudapat berita yang diutarakan di
pusat informasi ternyata ada seorang mayat perempuan korban kecelakaan pesawat
pekan lalu, yang belum dijemput oleh keluarganya.
IBUUUUUUUU , teriakan itu
yang akhirnya aku lontarkan, mengapa ibu meninggalkan aku sendiri disini?
Sekarang aku pulang untuk ibu, mengapa ibu menahanku pulang sewaktu dulu? Aku
kangen sama ibu , apa ibu tidak kangen denganku? Jeritan tangis yang tak bisa
mengembalikannya untuk bisa lagi tersenyum untukku, menasehatiku, dan
menyayangiku.
Tersadar ia tidak akan kembali untukku selamanya ,
kini aku hanya sendiri , sendiri dengan langkah kontai tak terarah , berharap seseorang yang terbaring
di hadapanku terbangun kembai dan memeluk tubuh yang perih ini.
I LOVE YOU MOM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar