Selasa, 06 Agustus 2013


AKU PULANG UNTUK IBU

Ini adalah kali pertamaku jauh dari ibu, kendati harus menuntut ilmu dengan hadiah kerja kerasku sewaktu duduk di tingkat SLTA, behasiswa yang setimpal dengan apa yang telah aku keringatkan untuk mendapatkan nya.
Dulu, ketika sang fajar mulai berani menampakan diri , selalu suara ibu yang membangunkanku dalam mimpi, menyelempangkan handuk untuk segera bergegas menuju kamar mandi, menyiapkan pakaian seragam, uang saku, sepatu sampai pada kaos kaki, beranjak dari kamar menuruni anak tangga menuju meja makan sudah tersedia onak anik makanan sederhana namun tiada nikmat selain buatan ibu, setelahnya selalu tersuguh senyum indah untuk penghantar keberangkatanku menuju sekolah kala itu selalu begitu,  dengan mencium tangannya dan dengan ucapan salam ku kayuh sepeda pemberian ibu dengan tenang menuju tempat dimana aku menemukan ibu kedua disana, ya itulah sekolah.
Kini, semua harus aku lakukan sendiri, bangun pagi dengan menggunakan alarm di telepon genggam ku , itupun selalu kebablasan. Menggunakan ‘waiker’ di jam dinding masih juga tidak mempan, hmmm pernah tertegun kalo saja aku dirumah sudah ku gunakan bel sepedaku untuk selalu membangunkan aku untuk bergegas pergi kuliah. Mandi pagi pun kendati pernah atau bisa dibilang ‘sering’ tidak mandi, yaaa daripada terlambat ngampuss, mendingan hanya sealakadarnya saja , fikirku ‘toh orang lain tidak tau, kecuali kalo badanku bau’ hahaha. Sarapan? Hah? Disini mungkin kegiatan itu mulai tidak ku jumpai lagi, boro boro menyiapkan makanan untuk aku sarapan pagi , bangunpun aku selalu dalam tak sadarkan diri. O’owww , beranjak lari dari tempat dimana aku bermimpi ternyata sepatu yang akan aku kenakan hari ini masih dalam keadaan belum tercuci seperti belum mandi dan kena air berabad abad lamanya, ouuuuhhh jijiiikk , berjingkat jingkat kaki pun enggan berdekatan dengan sepatu bertampang kumel seperti itu, tak jarang akhirnya aku mengenakan sendal spotong ‘bustong’ untuk mengejar keterlambatan waktu, tapiiii masalah besar lagi lagi sering aku jumpai , ketika matahari mulai meninggi  disini enggan ada lagi kendaraan umum, semua harus selalu serba pagi , untuk mengais rezeki disini orang orang selalu sibuk sendiri, tanpa menghiraukan aku yang selalu sering terlambat karena susah bangun pagi.
Kebiasaan buruk itu selalu aku minimalisasi , hingga aku mampu berevolusi dari kejadian kejadian ngeri sejak pertama aku datang ke Sydney. Memulai membiasakan hidup mandiri tanpa ibu , pertama memang susah, susah banget malah, tapi lama kelamaan dengan tuntunan suara ibu yang jauh disana, aku mulai bisa menendangnya menjadi sebuah pelajaran indah pertama kali jauh dari ibu.
Hmmm,
Selalu, kesibukan kuliah menyita waktuku untuk hanya bercengkrama lewat telepon genggam dengan ibu, hanya sekedar menanyakan kabar dan melepas kangen dengan hanya mendengar suaranya yang jauh disana.
“Assalamualaikum, halo nak?” kata pertama yang selalu aku dengar darinya, ibu.
“Wa’alaikumsalam, ibuuu aku kangeeenn , kangen masakan ibu, ibu gimana kabarnya? lagi apa sekarang? Ibu kangen gak sama aku? Aku ingin pulangg” dengan suara manja mengusik hatinya. Selalu jawabnya “oalahhh anak ibuuu , kok banyak banget tanya nya , pertanyaan yang mana yang harus ibu jawab terlebih dahulu? nak jangan terburu buru untuk bergegas pulang hanya karena kangen sama ibu , toh sampai sekarang kita masih sering teleponan kan? ingat dulu perjuanganmau ingin kuliah disana! Dan ingat juga pesan ibu ‘ibu tidak bisa memberimu warisan harta, karena ibu tidak punya , tapi yang jujurlah dalam menuntut ilmu , pendidikan itu pahit akarnya , akan tetapi sangat manis buahnya’ “
Hmmm , suara itu , pepatah dan nasihat itu yang selalu bisa meredam hasrat ingin berpulang ke Tanah Air hanya karena ingin jumpa dengan orang tertahta dihati ini, ibu selalu menahan kepulanganku. Bulan depan aku telah dihadapkan pada tugas akhir semesrter, “alamat tidak bisa kontekan dengan ibu nih” gerutuku dalam hati , ahhhkkk sheeet ! Tapi selalu pesan ibu yang terngiang dalam angan.
Hari telah berganti , satu bulanpun terlewati. Masa ini yang aku tunggu dan sukai ketika berada disini , bebas lepas dari tugas seperti tempo tempo hari.
Handphone, mengingatkanku akan seseorang yang selalu memberi nasihat indah, ya “Ibu” .
 “NOMOR YANG ANDA TUJU SEDANG TIDAK AKTIF ATAU BERADA DILUAR JANGKAUAN”
Haahhh , selalu nada sama aku dapatkan ketika hendak menelepon ibu, satu sampai dua hari, nada itu yang selalu aku dapat ketika hendak menghubungi number ibu. Hati cemass, mulai bingung mencari kabar sebenarnya apa yang terjadi dengan gerangan disana, kendati sanak saudarapun aku tak punya, karena disana hanya tinggal kami berdua.
Hmmm, rehat sejenak dari tugas dan hati cemas, ‘klik’ aku tekan remot TV, dengan hati yang tak karuan tangan tergerak untuk menonton berita mancanegara di sebuah station TV swasta di Australia, dan ternyata “GILA, BENAR BENAR GILA, terdapat kecelakaan pesawat dari INDONESIA-AUSTRALIA” , hmmm spontan mulut berkata seperti itu , padahal apa yang aku hiraukan dengan penumpang yang ada didalamnya , toh aku tidak kenal dengan mereka. Mata terpejam karena lelah seharian dengan aktivitas yang dihadapkan, hufftt SzszszsZtttTzz . . .
Pagi, pagi ini rasaku serasa ada yang kurang , dan selalu yang aku ingat hanya ibu. Okeh, libur semester kali ini aku niatkan untuk pulang bertemu dengan ibu, dan sore ini aku berkemas siap siap menuju tanah tercinta, tanah dimana aku dilahirkan oleh ibu.
Perjalan selama dipesawat tidak terasa lama karena hati yang segera ingin memeluknya dan berteriak , ‘aku kngeeeeeeennn’ ! yang ingin segera memakan tempe semur buatannya yang special untukku, emmm yummmyy .
Tetapi sesampainya di ‘airpot’ , kabar seolah yang membisikanyapun petir yang disertai hujan lebat yang tak henti sepanjang tahun , kudapat berita yang diutarakan di pusat informasi ternyata ada seorang mayat perempuan korban kecelakaan pesawat pekan lalu, yang belum dijemput oleh keluarganya.
IBUUUUUUUU , teriakan itu yang akhirnya aku lontarkan, mengapa ibu meninggalkan aku sendiri disini? Sekarang aku pulang untuk ibu, mengapa ibu menahanku pulang sewaktu dulu? Aku kangen sama ibu , apa ibu tidak kangen denganku? Jeritan tangis yang tak bisa mengembalikannya untuk bisa lagi tersenyum untukku, menasehatiku, dan menyayangiku.
Tersadar ia tidak akan kembali untukku selamanya , kini aku hanya sendiri , sendiri dengan langkah kontai tak  terarah , berharap seseorang yang terbaring di hadapanku terbangun kembai dan memeluk tubuh yang perih ini.
I LOVE YOU MOM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar